Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutaan Anak Indonesia Ditelantarkan

Kompas.com - 24/07/2015, 15:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Keadaan anak-anak Indonesia masih jauh dari ideal mengingat masih tingginya angka penelantaran anak oleh orang-orang terdekat, seperti orangtua dan anggota keluarga lainnya. Upaya perlindungan anak dan rehabilitasi belum maksimal.

Menurut data Kementerian Sosial tahun 2014, terdapat 1,2 juta anak berumur di bawah 5 tahun yang telantar. Angka itu ditambah dengan 2,9 juta anak telantar dan anak jalanan serta 2,3 juta anak Indonesia berusia 7-15 tahun yang putus sekolah.

Komisioner Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, menjelaskan, di Jakarta, Kamis (23/7), bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional, penyebab penelantaran anak antara lain pola pengasuhan yang salah, kemiskinan, konflik keluarga, dan ketidakpedulian orangtua terhadap hak-hak anak. "Orangtua salah paham dan menganggap anak sebagai aset sehingga bisa diperlakukan semau mereka," ujarnya.

Dalam pengasuhan, disiplin kerap disamaartikan dengan menggunakan kekerasan fisik, emosional, bahkan hukuman penelantaran untuk memberi anak pelajaran. Dalam pengalaman KPAI, orangtua kerap beralasan melakukan kekerasan dengan harapan anak akan patuh dan hormat.

"Padahal, kepatuhan dan kedisiplinan anak bisa dicapai melalui dialog yang baik. Anak yang takut terhadap orangtua tidak akan tumbuh dengan rasa hormat. Orangtua harus tegas memberi batasan kepada anak tanpa lupa menjelaskan tujuan dan manfaat peraturan-peraturan itu. Itu akan melatih kemampuan anak mengevaluasi permasalahan," kata Susanto.

Tak sadar

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sudibyo Alimoeso memaparkan, bentuk penelantaran tidak hanya yang ekstrem, seperti meninggalkan anak sendirian atau tidak memedulikan anak. Bentuk yang sering tidak disadari ialah membiarkan anak berkutat dengan televisi serta gawai elektronik tanpa pengawasan.

Padahal, media sosial yang diakses melalui gawai berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental anak jika tidak disaring dengan baik. Ide-Ide mendiskriminasi orang lain karena perbedaan fisik, status sosial, dan agama berputar dengan bebas di media sosial. "Orangtua dan anak pun ada di dalam satu ruangan, tetapi saling cuek karena sibuk sendiri-sendiri," ujar Sudibyo.

Ia mewanti-wanti jangan sampai anak tak merasakan kehadiran orangtua. Meskipun bekerja, orangtua perlu meluangkan waktu untuk berkomunikasi setiap hari. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, misalnya, memiliki aturan orangtua meluangkan minimal 20 menit setiap hari untuk mendongeng kepada anak. "Kesannya, pemerintah menyuruh warga, tetapi orang Indonesia umumnya sulit bergerak sebelum diberi contoh," kata Sudibyo. (DNE)

_______________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juli 2015, di halaman 1 dengan judul "Jutaan Anak Indonesia Ditelantarkan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com