Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitektur dan Eksplorasi Kota Tua dalam Triennale Arsitektur 2015

Kompas.com - 27/07/2015, 10:40 WIB
KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN Salah satu maket yang siap dipamerkan dalam Triennale Arsitektur 2015 Universitas Pelita Harapan di Gedung Tjipta Niaga, Kota Tua, Jakarta, Jumat (24/7).

JAKARTA, KOMPAS — Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan kembali menggelar Triennale Arsitektur dengan tema "Waktu adalah Ruang", 25 Juli-8 Agustus 2015, di sebuah bangunan tua, Gedung Tjipta Niaga, Kota Tua, Jakarta. Dalam triennale ketiga ini, para mahasiswa berusaha mengeksplorasi arsitektur yang berada dalam konteks ruang dan waktu dengan membedah beberapa kompleks bangunan tua yang menjadi landmark Jakarta.

Salah satu maket yang siap dipamerkan dalam Triennale Arsitektur 2015 Universitas Pelita Harapan di Gedung Tjipta Niaga, Kota Tua, Jakarta, Jumat (24/7). Dalam triennale bertema "Waktu adalah Ruang" ini, para mahasiswa berusaha mengeksplorasi arsitektur lewat berbagai bentuk instalasi.

Pergelaran Triennale Arsitektur Universitas Pelita Harapan kali ini menarik karena memilih tempat pameran di sebuah gedung tua di Kota Tua dengan atap hancur. Lokasinya di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 5, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Gedung ini berada di pojok pintu masuk sisi kiri Museum Fatahillah.

Pameran diikuti semua mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan. Mereka menampilkan sekitar 100 karya instalasi dan maket pilihan yang dibuat dalam waktu setahun terakhir.

Robin Hartanto, salah satu kurator, mengatakan, Kota Tua sengaja dipilih sebagai lokasi Triennale Arsitektur 2015 karena tempatnya luas dan memiliki lapisan-lapisan waktu sejarah yang melekat pada setiap ruang. "Kota Tua sangat menarik karena di sini ada dinamika dan pertemuan antara sisa-sisa masa lampau dan kehidupan zaman sekarang," kata Robin, Jumat (24/7), di Jakarta.

Di dalam gedung tua dua lantai itu, para mahasiswa menampilkan karya-karya mereka pada enam zona, meliputi zona lorong laju, suatu waktu, transisi, kontinum kota tua, ruang luang, dan proyek akhir. Pada zona lorong laju, mahasiswa menampilkan instalasi statis dan kinetis. Pada zona suatu waktu, mereka berusaha membedah sejarah beberapa kompleks bangunan di Jakarta, seperti kawasan Medan Merdeka dan Masjid Istiqlal, dalam maket dengan periodisasi tertentu.

Sementara itu, pada zona transisi, para mahasiswa menampilkan instalasi yang menggambarkan interaksi antara ruang dan indera manusia sebagai bentuk peralihan waktu dan ruang. "Di sini, mahasiswa dalam kelompok-kelompok berusaha mengalami bagaimana menjadi desainer dan kontraktor sebagai bentuk pembelajaran mereka tentang dinamika kerja arsitektur," ujar Fiorent Fernisia, kurator lain.

Pada zona kontinum kota tua, eksplorasi mahasiswa terhadap Kota Tua semakin terasa. Mereka mencoba menyusun rancangan-rancangan khusus bagaimana mendesain atap yang cocok pada Gedung Tjipta Niaga agar tak lembab dan bocor. Mereka juga merancang rumah buku di Kota Tua hingga mendesain ekologi Kali Besar di kawasan Kota Tua yang telah mengalami berkali-kali pengembangan dan perubahan. Pada zona terakhir, mahasiswa menampilkan karya-karya proyek akhir yang menjadi pencapaian tertinggi studi mereka di bidang arsitektur.

"Dalam triennale kali ini, para mahasiswa yang nantinya akan menjadi arsitek diajak untuk mendesain karya yang terkait dengan waktu dan ruang yang tak lain adalah sejarah. Bagaimana mereka menghargai sejarah akan terlihat di sana," kata Andreas Yanuar, dosen Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan.(Aloysius Budi Kurniawan)

Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas Digital edisi siang, Jumat (24/7/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com