Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diskusi Mencari Nilai Keindonesiaan

Kompas.com - 31/07/2015, 13:08 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com - Bangsa Indonesia perlu merumus ulang nilai-nilai dan budaya "keindonesiaan". Menurut Yayasan Suluh Nuswantara (YSNB), budaya adalah elemen penting pembangunan suatu bangsa.

"Pembangunan janganlah hanya berpaku pada ekonomi saja. Tapi budaya bangsa ini harus diperkuat dulu. Lihatlah kebangitan Jepang, Korea, dan Cina. Mereka memperlihatkan bahwa ekonomi bukanlah prasyarat utama pembangunan bangsa," ucap Pembina YSNB Ponjto Sutowo pada konferensi pers 'Diskusi Panel Serial Mencari Nilai Keindonesiaan', Kamis (30/7/15).

YSNB berinisiasi menyelenggarakan diskusi tersebut setiap Sabtu pertama setiap bulannya, dimulai sejak 1 Agustus 2015 sampai 5 November 2016. Rencananya, diskusi itu akan dihadiri oleh 150 peserta.

Dalam diskusi yang telah teragenda itu YSNB akan menghadirkan para ahli budaya dari sejumlah kementerian, lembaga, forum, dan universitas. Seri pertamanya pada Sabtu, (1/8/2015) nanti akan berlokasi di Sultan Hotel Ball Room A, Jakarta.

"Kami bukan para ahli budaya. Karena itu, kami memfasilitasi para ahli untuk berbagi ilmu dalam sebuah diskusi terbuka. Silahkan. Semua orang boleh mengeluarkan pemikirannya nanti," ujar Ponjto.

Sebagai pembicara, hadir mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk memaparkan makna nilai-nilai keindonesiaan bagi pembangunan negara dan bangsa. Pun, turut datang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meresmikan dan membuka diskusi.

Sementara itu, Ketua YSNB Imam Sunario menyatakan alasan mengapa diskusi dilakukan selama satu tahun, yaitu untuk mendapatkan gambaran konkret nilai-nilai dan budaya keindonesiaan. Ia mencontohkan, sebelumnya YSNB pernah menyelenggarakan diskusi bertema kemaritiman. Tepatnya pada Oktober 2012-2013.

"Akhirnya pada 2014, bersama Presiden Jokowi (Joko Widodo) kami membicarakan pembangunan kembali peradaban maritim Indonesia. Salah satunya adalah dengan pembangunan tol laut," ujar Imam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com