Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Buku TK yang Dianggap Berbau Radikalisme, Ini Komentar Menteri Anies

Kompas.com - 21/01/2016, 17:48 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengaku tidak bisa menarik buku pelajaran yang dianggap memuat unsur radikalisme. Pasalnya, buku tersebut bukan diterbitkan oleh Kemendikbud.

"Bukunya bukan terbitan Kemdikbud oleh karena itu kami tidak bisa menarik (dari peredaran)," kata Anies di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/1/2016).

Hal itu disampaikan Anies menyikapi adanya buku pelajaran Taman Kanak-Kanak yang dianggap dapat menumbuhkan benih radikalisme.

Anies menuturkan, pihaknya kini hanya bisa menelusuri dan melarang buku itu beredar jika terbukti memuat unsur radikalisme.

Ia mengaku telah mengutus tim untuk menelusuri peredaran dan substansi buku tersebut.

"Kami hanya bisa melarang, yang (bisa) menarik adalah penerbitnya," kata Anies.

Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) sebelumnya menerima laporan dari kadernya di daerah tentang adanya buku pelajaran TK yang materi ajarnya dianggap tidak tepat untuk anak-anak. (baca: GP Anshor Temukan Buku TK Berisi Kata Bom, Jihad, Sabotase, hingga Gegana)

Beberapa substansi buku yang ditemukan di salah satu TK di daerah Depok, Jawa Barat, tersebut dianggap bisa menumbuhkan benih radikalisme.

Sedikitnya, GP Ansor menemukan ada 32 kalimat dalam lima buku tersebut yang dianggap mengarah pada radikalisme. (baca: GP Ansor Minta Kemendikbud Tarik Buku Berbau Radikalisme)

Beberapa di antaranya adalah "Gegana Ada Dimana", "Bahaya Sabotase", "Cari Lokasi Di Kota Bekasi", "Gelora Hati Ke Saudi", "Bom", "Sahid Di Medan Jihad", hingga "Selesai Raih Bantai Kiai".

"Kata-kata yang dimaksud tidak tepat untuk menjadi bagian dari metoda belajar kepada usia TK. Kata-kata ini cenderung menumbuhkan benih-benih radikalisme," kata Wakil Ketua Umum GP Ansor, Benny Ramdhani.

Sementara itu, Dinas Pendidikan Kota Depok memastikan telah menarik semua buku TK yang dipermasalahkan tersebut.

Penarikan buku TK itu sudah dilakukan pada November 2015. Dipastikan tidak ada lagi buku seperti itu yang dipakai di 385 TK, PAUD, dan kelompok bermain di Depok.

Kepala Bidang Pendidikan Non-Formal dan Informal (PNFI) Dinas Pendididikan Depok, Dadang Supriatna mengatakan, buku TK itu hanya ditemukan di satu TK di Depok, yakni di TK Semai Benih Bangsa Baiturahman, di Cilodong, Depok, Jawa Barat.

"Sudah kita tarik sejak November 2015 lalu. Jumlahnya 175 buku dalam 35 jilid untuk 35 siswa TK di sana. Satu jilid ada lima buku sehingga totalnya ada 175 buku," kata Dadang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com