Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LGBT: Lajang, Gadis, Bujang, Tingting!

Kompas.com - 22/02/2016, 09:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

"Mblo, berdua selamanya itu kapan bersatunya?"

PERUT Bendra semakin buncit. Padahal, Syifa-lah yang hamil muda. Tapi, dia selalu punya alibi. "Biar enak mainnya, bass ditaruh di sini," ujar Bendra, seorang pemain bass, seraya membanggakan simbol kemakmuran sejak punya istri yang masak setiap hari untuknya. Syifa menutup muka, malu melihat pria pujaannya melahap pizza di Warung Pasta di Jalan Ganesha, Bandung.

Setelah jalan bareng dua tahun, Bendra dan Syifa akhirnya sepakat menyudahi masa lajang. Tidak lama sejak menyelesaikan kuliah musik, Bendra dari Bandung menikahi Syifa di Sumedang. Tanpa menunda waktu, mereka terbang ke Bali untuk bulan madu. Syifa yang guru biologi pasti tak perlu lagi diajari anatomi tubuh oleh suaminya yang lelaki tulen.

"Waktu itu, perutnya masih rata," kata Syifa, seperti mengeluh. "Perut ini nanti untuk duduk anak kita saat kugendong," sergah Bendra.

Keduanya mengharapkan, seorang anak laki-laki akan lahir dari rahim Syifa. Bendra junior, demikian sementara ini bayi di kandungan Syifa itu dinamai. "Laki-laki atau perempuan, tidak soal. Yang penting: tulen," seru Syifa, mengelus perut. 

Ah, betapa bahagia pasangan muda ini. Mereka tidak lagi dikejar-kejar pertanyaan klasik: kapan menikah? Dan, ketika Hari Raya Valentine tiba setiap 14 Februari, Bendra dan Syifa tidak lagi gundah tentang halal atau haram hukumnya merayakan hari kasih sayang. "Sudah pasangan sah!" tegas Bendra. Mau berpesta kasih sayang setiap hari pun sah, sah, sah!

Sekarang, Sandi, Bagus, dan Yudhiz yang masih pusing. Mereka masih terbelit isu sensitif: LGBT! Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender?

Bukan! LGBT yang makin menghantui anak-anak muda ini singkatan dari Lajang, Gadis, Bujang, Tingting! "Serbasalah. Masih jomblo, ditanya kenapa tidak punya pacar. Pas sudah punya pacar, ditanya kapan nikah," keluh Sandi.

Buat Sandi, ini persoalan besar. Dia dan Ayu sudah berpacaran bahkan sejak SMP. "Bukan pacaran sih, tapi sudah saling suka sejak remaja. Pas sudah SMA, baru mulai serius. Putus, sambung, putus, sambung," jelasnya.

Nah, setelah sama-sama lulus kuliah, mereka akan menikah pertengahan Maret. "Sebentar lagi, aku dan Ayu terbebas dari LGBT!" seru Sandi. 

Tinggal Bagus dan Yudhiz saja nih yang masih belum jelas. Bendra ragu dengan maskulinitas Bagus. Sebab, selama bergaul di almamater yang sama, Bendra tidak pernah melihat Bagus mempunyai hubungan khusus dengan gadis mana pun. Sejak dekat dengan Nana, Bagus pun jarang jalan bareng "neng geulis" itu. Nana sering mengeluhkan itu pada Syifa dan Ayu.

"Bagus, kalau kamu laki-laki tulen, lamar Nana. Nikahi," tantang Bendra.

"Sering main musik di wedding party sampai lupa menikah ya?" celetuk Yudhiz, sok ikut menghakimi Bagus.

"Sssst, kamu juga masih LGBT. Tidak usah ikut berkomentar," ujar Bendra. Roman muka Yudhiz merah padam. Di antara keempat anak band itu, Yudhiz memang paling tak jelas. 

Rekam jejak Yudhiz paling samar. Dia tidak suka membawa pacarnya ke acara kumpul-kumpul anak band. Jika pun sesekali mengajak pacar, Yudhiz menggandeng gadis lain. Tak lagi gadis yang sama dengan yang pernah ia perkenalkan kepada tiga sahabatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com