Saya kira kita semua pernah mengalami bahwa kita akan sangat nyaman belajar sesuatu yang kita suka. Bila kita ingin tahu, lalu kita mencari tahu. Saat kita jadi tahu, sungguh nikmat rasanya.
Idealnya begitulah seharusnya jalan yang ditempuk anak-anak kita dalam belajar. Sayangnya tidak selalu demikian kejadiannya. Atau bahkan sangat jarang yang terjadi seperti itu. Kebanyakan adalah seperti yang saya sebut di atas.
Beberapa pelajaran sangat menyiksa bagi anak-anak. Bagi saya dulu IPS, PMP, pelajaran-pelajaran hafalan, sangat menyiksa. Bagi anak yang lain matematika dan IPA sungguh menyiksa. Perhatikanlah bahwa anak-anak kita pun begitu. Lalu bagaimana?
Saya mencoba hadir di sisi anak-anak saya saat mereka kesulitan. Sarah misalnya, sangat kesulitan dalam pelajaran IPS, PKn, dan sejenisnya. Maka saya dampingi dia.
Ketika membahas geografi, misalnya, saya ajak dia membuka peta, baik yang ada di buku atlas maupun dari Google. Saya ajak dia berkelana melalui peta dan foto-foto, melihat sendiri tempat-tempat yang diceritakan dalam buku pelajaran.
Demikian pula dengan sejarah. Saya kumpulkan bahan-bahan yang kemudian saya ramu, agar sejarah itu bisa dilihat secara lebih utuh, sebagai sebuah cerita. Bukan sekedar kumpulan nama orang, tempat, dan tanggal.
Seluruh pelajaran saya perlakukan seperti itu. Untuk sisi ekonomi misalnya, saya sering ajak anak-anak saya ke pasar, pabrik, dan lain-lain.
Saya jadikan pengalaman mereka itu sebagai titik berangkat dalam menjelaskan isi buku pelajaran. Demikian pula dalam pelajaran IPA, saya ajak mereka melakukan berbagai percobaan.
Harapan saya, belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka tidak tumbuh dengan siksaan pelajaran. Dengan demikian mereka akan menikmati prosesnya, dan nantinya mereka akan mencari dan menemukan sendiri jalan yang hendak mereka pelajari.