Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Bebaskan Mimpimu

Kompas.com - 01/03/2016, 06:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata
Beberapa tahun yang lalu saya rutin membantu almamater saya Tohoku University pada pameran pendidikan Jepang di Jakarta. Saya menjaga stan pameran, memberi informasi soal sekolah di Jepang, khususnya di almamater saya.

Tidak cuma itu, saya juga memberi semangat kepada anak-anak muda yang akan kuliah. Tidak hanya kepada anak-anak, tapi juga ke orang tua.

Seorang anak tertarik pada jurusan marine biologi yang ditawarkan almamater saya.

“Kalau lulus nanti bisa kerja di mana, Pak?”

“Banyak, Bu. Bisa di lembaga riset, juga di perusahaan, misalnya yang bergerak di bidang lingkungan.”

“Memangnya ada perusahaan seperti itu di Indonesia?”

“Kenapa dibatasi di Indonesia, Bu? Anak sudah bisa kuliah jauh-jauh ke Jepang, biarkan dia jadi penduduk global.”

“Tapi kan saya kangen kalau dia kerja di tempat yang jauh.”

“Kalau begitu, Ibu ikut saja pindah ke luar negeri, sama dia.”

Ibu itu tertawa.

Begitulah. Sering kita membuat syarat-syarat batas bagi mimpi kita, atau mimpi anak kita.

“Nanti kalau jauh dari saya, ikut pergaulan bebas.” Padahal ada banyak anak-anak yang jadi lebih religius saat kuliah di luar negeri.

“Nanti telat nikah.” Padahal banyak yang bertemu jodoh di tempat sekolah.

Mendengar berbagai ketakutan orang tua itu, saya bersyukur punya emak yang tidak begitu. Di usia yang sangat dini saya berkata pada Emak.

“Mak, aku nak ke Mekah.”

“Baguslah, tu. Kau nak naik hajikah?”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com