KOMPAS.com - Bahwa menggambar adalah salah satu bentuk kegiatan yang mengacu kreativitas adalah hal yang tak bisa dimungkiri. Terlebih, kalau kegiatan itu dilakukan secara manual atau dengan tangan. Alat bantunya adalah pensil hitam maupun berwarna. "Menggambar dengan menggunakan tangan membuat seseorang melatih pikirannya,"demikian menurut hemat pelaku seni rupa Beng Rahadian.
Beng yang hingga kini masih aktif sebagai dosen di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menjadi pembicaraan dalam diskusi pada pembukaan pameran seni oleh perusahaan pembuat pensil Faber-Castell pada Senin (11/4/2016) di Lippo Puri Mall Jakarta. Pameran bertajuk "Kreativitas Tanpa Batas" itu akan berlangsung di lokasi tersebut sampai dengan 16 April 2016.
Sementara itu, hadir pula sebagai pembicara adalah Presiden Direktur Faber-Castell International Indonesia Yandramin Halim. Ikut pula memberikan buah pikiran adalah
Kepala Subdirektorat Peserta Didik, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gusmayadi Muharmansyah.
Bagi anak-anak sejak usia dini, khususnya, menggambar dengan tangan, lanjut Handramin Yamin adalah bagian dari apa yang dikenal di negara-negara maju sebagai creative making alias mewujudkan ide-ide kreatif dalam bentuk hasil atau produk. Proses ini merupakan perubahan dari creative thinking. "Itu berarti kreativitas bukan lagi diukur dari ide tetapi dari produk secara nyata," tutur Handramin.
Pada bagian selanjutnya, Gusmayadi Muharmansyah menerangkan bahwa di dalam pendidikan nasional Indonesia, menggambar kini terintegrasi di dalam ekstrakurikuler dan tidak lagi berada berbentuk mata pelajaran di sekolah formal. "Hal ini ada di dalam Kurikulum 2013," katanya.
Lebih lanjut, Gusmayadi menambahkan bahwa pada Kurikulum 2013 ada kegiatan literasi lima menit. Kegiatan yang dilakukan mulai dari tingkat formal pendidikan dasar hingga menengah ini berbentuk kegiatan membaca buku selama lima menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai setiap harinya.
Bertolak dari hal ini, pada diskusi tersebut muncul usulan agar kegiatan yang sama juga dilakukan terhadap kegiatan menggambar dengan tangan. Mengapa tidak hal itu dilakukan? Begitu usulannya. "Mungkin kalau literasi lima menit sudah membudaya, menggambar lima menit bisa dilakukan juga," kata Gusmayadi.
Terhadap pernyataan Gusmayadi ini, Handramin memasukkan usulan agar kegiatan menggambar sebagaimana usulan tersebut bisa juga menjadi sebuah kebiasaan di rumah. Menurut Handramin, kegiatan menggambar dengan tangan di rumah bahkan bisa diperpanjang hingga satu jam sehari. Tentu saja, pada kegiatan ini, anak-anak mesti didampingi aktif oleh orangtua. "Sehingga kegiatan menggambar dengan tangan di rumah menjadi komplemen bagi kegiatan di sekolah," pungkas Yandramin.
Pada pameran ini pula, imbuh Fransiska, pihaknya menampilkan karya instalasi dengan medium pensil Castell 9000 seniman asal Jerman Kerstin Schultz. Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang mendatangkan karya ini di samping Jepang dan Singapura.
Dari Indonesia, ada juga replika kapal phinisi karya Taufik Muhidin, anggota tim kreatif Faber-Castell International Indonesia. Taufik membuat replika ini dengan menggunakan 12.000 tutup dan 8.000 connector pen serta 1.000 connector lainnya.
Selain di Lippo Puri Mall Jakarta, pameran seni ini akan berlangsung pula di Emporium PLuit Mall Jakarta pada 25 April 2016 sampai dengan 1 Mei 2016, di Festival Citylink Mall Bandung pada 9 Mei 2016 sampai dengan 15 Mei 2016, di Yogya City Mall Yogyakarta pada 18 Mei 2016 sampai dengan 23 Mei 2016, di Grand City Mall Surabaya pada 23 Mei 2016 sampai dengan 5 Juni 2016, di Kemang Village Jakarta pada 1 Agustus 2016 sampai dengan 7 Agustus 2016, dan di Cambridge Mall Medan pada 31 Agustus 2016 sampai dengan 10 September 2016.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.