Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Attack on Titan", Kisah Raksasa Penebar Benih Putus Asa!

Kompas.com - 29/04/2016, 16:39 WIB

KOMPAS.com - Khusus penggemar buku, terutama yang tertarik membaca kisah action thriller ala zombie dengan alur yang tidak biasa, komik Attack on Titan ini cocok untuk Anda.
Karya perdana komikus Hajime Isayama yang masih berumur 29 tahun ini pertama kali terbit di Jepang pada 2010 dan masih berlanjut sampai sekarang.

Attack on Titan juga telah diangkat menjadi serial animasi TV sukses pada 2013. Musim keduanya direncanakan tayang tahun ini.

Popularitasnya membuat Attack on Titan laris dan terjual puluhan juta eksemplar di seluruh dunia. Padahal, komik ini pernah ditolak saat Isayama pertama kali menawarkannya pada penerbit.

Nyatanya, hingga sekarang, baik dalam bentuk komik maupun animasi, Attack on Titan telah memenangkan berbagai penghargaan, di antaranya Kodansha Manga Award Ke-35 untuk kategori komik untuk remaja pria dan survei "Kono Manga ga Sugoi!" untuk kategori pria dalam tahun yang sama, peringkat pertama dalam "Newtype Anime Award 2013" untuk kategori Sutradara dan Karya Terbaik, peringkat pertama pada "18th Animation Kobe Awards 2013" untuk kategori Penghargaan Televisi, serta Grand Prize Anime of the Year pada Tokyo "Anime Awards Festival 2014".

Titan yang bikin rumit

Kisah Attack on Titan bermula dengan pengenalan tokoh utama, Eren Yeager, yang masih berumur 10 tahun. Sekitar 100 tahun sebelumnya, umat manusia diserang oleh para raksasa yang disebut Titan.

Akibat serangan itu, umat manusia hampir punah. Yang tersisa mengurung diri sendiri di dalam wilayah yang dikelilingi oleh tiga lapis tembok raksasa, terutama untuk mencegah masuknya Titan.

Mereka hidup dengan tenang di dalamnya. Namun, saat tembok terluar dihancurkan oleh Titan dan para raksasa itu masuk ke dalam wilayah mereka, manusia pun dihadapkan kembali pada kenyataan akan ringkihnya hidup mereka.

Peristiwa hancurnya tembok itu mengakibatkan tewasnya ibu Eren, dan membuatnya bersumpah untuk membunuh semua Titan dengan cara masuk ke pasukan militer. Namun, keadaan menjadi rumit ketika Eren sendiri kemudian berubah menjadi Titan.

Kengerian yang dramatis

Boleh jadi, cerita mengenai umat manusia yang terpojok oleh monster buas sudah banyak. Lalu, apa kira-kira yang membuat Attack on Titan begitu memikat, bahkan sampai memenangkan banyak penghargaan?

Salah satunya adalah betapa riilnya penggambaran Titan sebagai raksasa pemakan manusia. Titan dikisahkan sebagai raksasa berbentuk mirip manusia dalam tinggi yang beragam. Ada yang hanya 3 meter, ada pula yang mencapai belasan hingga puluhan meter.

Tak banyak hal berhasil diketahui tentang mereka, di antaranya bahwa mereka tak bisa bicara dan tidak tertarik kepada makhluk selain manusia. Titan juga hanya bisa mati jika daging bagian tengkuk mereka dipotong. Jika hanya menembak atau memotong bagian tubuh lain, bagian tersebut bisa kembali tumbuh setelah beberapa menit.

Perawakan Titan yang mirip manusia, tapi dengan ekspresi ganjil dan gerakan yang pelan namun mematikan, mampu membuat merinding para pembaca buku ini. Banyak kengerian dramatis yang digambarkan.

Kengerian itu juga merupakan salah satu faktor yang membuat pembaca terpaku pada kisah Attack on Titan. Para tokoh di dalamnya tak memiliki pilihan selain menghadapi para Titan yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Padahal, mereka tahu bahwa melawan Titan sama saja dengan mencari mati. Walaupun para prajurit militer telah dibekali peralatan manuver 3D—alat berupa kabel baja yang tersambung dengan jangkar yang bisa membuat mereka melayang agar bisa menebas tengkuk Titan—tidak berarti hal itu mudah dilakukan. Manusia yang mendekati Titan bisa dengan mudah mereka tangkap dengan tangan besar mereka.

Lalu, mengapa manusia masih bersikeras menghadapi Titan, walau tahu mereka akan mati? Ini merupakan salah satu dilema yang dialami oleh para tokoh Attack on Titan. Mengurung diri di dalam tembok merupakan cara yang ampuh, namun tembok setinggi 50 meter pun ternyata akhirnya dapat hancur akibat munculnya Titan setinggi 60 meter. Seperti ucapan Eren, "Kita bisa hidup, makan, dan tidur walau tak keluar dari tembok. Tapi, itu sama saja seperti binatang ternak".

Manusia tak punya cara selain maju melawan, untuk melindungi wilayah kecil mereka yang seharusnya aman dari gangguan Titan. Saat Eren kemudian diketahui dapat berubah menjadi Titan, dalam selimut kecurigaan dalam benak mereka, para manusia pun menemukan secercah harapan akan adanya jalan untuk merebut kembali dunia luas yang direnggut dari tangan mereka 100 tahun lalu.

Kengerian, rasa putus asa, dan harapan. Tiga emosi itulah yang membuat Attack on Titan mendapat tempat di hati para pembaca dan terus bersarang di sana. Sekali lagi, apakah Anda penggemar kisah action thriller?

ADISTI/ELEX MEDIA KOMPUTINDO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com