Biaya Lingkungan Dongkrak Laba Perusahaan?

Kompas.com - 09/05/2016, 07:17 WIB
M Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga sudah harus berorientasi pada konsep triple bottom line, yakni people, planet, and profit. Dengan begitulah konsep keberlangsungan perusahaan harus  memperhatikan, bahkan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat, serta turut menjaga kelestarian lingkungan.

Demikian dikatakan Ketua Humas Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Malang, Dr Ana Sopanah, dalam keterangan tertulis Sasana Debat Mahasiswa 2016 bertema "Socio Economic Enviromental Accounting" di Universitas Negeri Malang, Malang, Sabtu (7/5/2016) lalu. Ana mengatakan, orientasi tersebut sejalan dengan mandat Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

"Perusahaan berhak menggunakan sumber daya alam dan sumber daya manusia di sekitarnya, tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban mempertanggungjawabkan semua akibat yang diperoleh dari proses operasionalnya," terang Ana.

Untuk itulah, lanjut Ana, akuntansi lingkungan (green accounting) menjadi isu penting dalam dunia pendidikan saat ini, khusunya di bidang akuntansi. Akuntansi lingkungan merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktik-praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah.

Istilah akuntansi lingkungan sendiri mulai dipraktekkan sejak 1980-an di Eropa, sementara Jepang baru menerapkannya sejak 2006. Praktik di Eropa dan Jepang mengenai biaya lingkungan, menurut Ana, justru meningkatkan laba perusahaan, karena investor tertarik untuk berinvestasi.

"Isu akuntansi lingkungan menjadi perhatian banyak pihak, dan berkembang pesat baik secara teori maupun praktik. Kenapa, karena biaya lingkungan dimasukkan ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Karena itu tadi, perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja," kata Ana.

Ke depan, lanjut Ana, eksistensi perusahaan tidak hanya untuk memaksimalisasi nilai shareholders, namun lebih dari itu, menjaga kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders), yakni pihak-pihak berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan, seperti karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, LSM, media massa, dan pemerintah.

"Sehingga dalam hal ini perusahaan memaknai CSR bukan lagi sebagai expense, tapi sebagai investasi perusahaan terkait sustainability-nya," kata Ana.

Sementara itu, terkait sasana debat mahasiswa, Kajur Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, Dr. Nurika Restuningdyah, menyatakan bahwa kegiatan tersebut menjadi ajang kompetisi mahasiswa akuntansi untuk beradu wawasan dan menciptakan jiwa kompetisi sebagai bekal menuju persaingan usaha. Kegiatan ini bukan hanya ajang silaturahmi mahasiswa akuntansi, tapi juga sarana memperoleh pemahaman tentang isu akuntansi lingkungan dan akuntansi hijau sebagai bekal menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

"Jangan sampai ada pemahaman keliru bahwa dengan menganggarkan biaya lingkungan kinerja perusahaan malah turun karena laba turun, tetapi justru malah meningkat karena investor tertarik untuk berinvestasi. Dalam perspektif  bisnis global, perusahaan perlu sertifikasi atau ISO pengelolaan lingkungan untuk bersaing di pasar global," kata Nurika.

Debat akuntansi

Sasana Debat Mahasiswa 2016 diikuti oleh 57 tim baik dari perguruan tinggi negeri dan swasta se-Jawa Timur dan telah melewati tahapan seleksi oleh dewan juri. Kegiatan ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang (UM) bekerjasama dengan IAI Komda Malang bertempat di gedung Fakultas Ekonomi UM Malang.

Komposisi penilaian dewan juri meliputi 30 persen penguasaan materi dan landasan berargumen, 25 persen sikap dan penampilan, 25 persen metode penyampaian, dan 20 persen kerja sama tim. Berdasarkan penilaian tersebut dewan juri menyisakan empat tim untuk masuk babak final. Keempat tim itu adalah tim Universitas Brawijaya (UB) Malang, tim Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, tim Universitas Negeri Malang (UM), dan tim Universitas Jember (Unej).

Adapun setelah melewati penilaian, dewan juri memutuskan, juara pertama diraih tim Unair, juara kedua tim Unej, juara harapan satu tim UB, dan juara harapan kedua tim UM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau