Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Janji

Kompas.com - 29/06/2016, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Titian bisa lapuk, janji bisa mungkir

Janji yang tidak ditepati oleh pembuat janji

(Peribahasa)

 

Sekitar tahun 1970-an, di kota kecil di Jawa Barat, seorang anak laki-laki berusia belasan tahun  berangan-angan memiliki mobil. Pada masa itu pemilik mobil hanyalah orang-orang berduit saja.

“Bapak, aku ingin punya mobil!” rengek anak itu kepada bapaknya yang sehari-hari bekerja sebagai petani.

Bapaknya sendiri menyadari kemiskinannya, rasanya tidak mungkin mampu membeli mobil. Makan saja susah. Akan tetapi, anaknya terus merengek.

Anehnya, saking sayangnya pada anak, bapaknya tidak tega menolak kemauan anaknya ini. Untuk menyenangkan hatinya, maka ia berkata kepada anaknya,“Ya Nak, Bapak belikan nanti, ya!”

Si anak laki-laki senang bukan main. Mimpinya tak lama lagi akan terwujud!  Setiap hari ia menunggu hadiah mobil kesayangannya.

Setiap ia ingat mobil, ia pasti segera menagih kepada Bapaknya,”Pak, mana mobilnya. Aku sudah tidak sabar untuk menyetir mobil keliling kota!”

Bapaknya kembali menyahut perlahan,”Iya Nak, pasti Bapak belikan!” Si anak kembali senang bukan main. 

Bulan demi bulan lewat, tahun demi tahun berlalu, tetapi mobil tak kunjung terwujud juga. Kembali si anak menagih dengan menangis kepada Bapaknya,”Bapak, mana mobilnya! Bapak bohong! Pokoknya besok mobil harus ada!”

Si Bapak terdiam, ia tercenung, ada rasa menyesal memberi janji, tapi telanjur. “Ya Nak, tunggu saja besok, pasti mobil itu sudah ada di depan rumah kita!” Si anak berteriak senang,” Wow! Mobil, mobil!”

Beberapa hari kemudian manakala si anak keluar rumah, ia melihat kursi terbuat dari bambu, tetapi di matanya kursi itu laksana mobil! Lalu dinaikinya kursi itu sambil bergaya tengah menyetir mobil, putar kiri putar kanan, sambil berseru breeeemmm...breeeeeeemmm!!

Ketika bapaknya melihat hal ini, awalnya biasa saja, karena pikirnya anak itu masih kesengsem ingin punya mobil. Akan tetapi, lama-kelamaan tingkah lakunya semakin aneh. Kini anak laki-laki ini bergaya seperti membawa mobil ke tengah jalan, ke tengah pasar, ke mana saja ia mau.

Orang-orang yang melihatnya kaget, tercenung, kasihan. Ternyata anak ini sudah gila! Khayalan ingin punya mobil telah merusak pikirannya!

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com