Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2016, 07:17 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

"Penilaian berdasarkan komponen infrastruktur Indonesia ada di urutan 34 di atas Jerman, Portugal, Selandia Baru dan Korea Selatan," papar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, Sabtu (27/8/2016), di acara final Gramedia Reading Community Competition 2016 di Perpustakaan Nasional, Salemba, Jakarta.

Kenyataan itu, menurut Anies, menunjukkan Indonesia masih sangat minim memanfaatkan infrastruktur. Jadi, menurut dia, indikator sukses tumbuhnya minat membaca tak selalu dilihat dari berapa banyak perpustakaan, buku dan mobil perpustakaan keliling.

Lebih lanjut, penggagas gerakan 'Indonesia Mengajar' itu menilai agar membaca bisa menjadi budaya perlu beberapa tahapan. Pertama mengajarkan anak membaca, lalu membiasakan anak membaca hingga menjadi karakter, setelah itu barulah menjadi budaya.

"Jadi budaya membaca itu hadir karena ada kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca ada jika ada rencana membaca secara rutin dan rutinitas dalam baca itu penting sekali," kata Anies.

Tak hanya program

Selain membuat program, cara lebih efektif untuk meningkatkan minat dan daya baca adalah membuat movement atau gerakan. Menurut Anies, efek dari sebuah gerakan biasanya lebih cepat menyebar dibanding program.

"Movement kalau sudah menular maka akan unstoppable, sebab menularnya bukan karena perintah, dana, dan program tapi karena ada penularan," kata pemilik nama lengkap Anies Rasyid Baswedan itu.

Anies pun memberi usul agar komunitas membaca tak menggunakan pendekatan program untuk menumbuhkan minat baca tapi dengan sebuah gerakan.

"Kalau didekatkan sebagai program, maka semua itu tergantung penyelenggara, tapi kalau didekati dengan gerakan, efeknya akan meluas sekali," papar mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut.

Adapun Gramedia Reading Community Competition adalah kejuaraan membaca untuk komunitas atau taman baca yang ada di Indonesia. Untuk mengikutinya para peserta harus mengirimkan essai dilengkapi dokumentasi foto atau video yang menceritakan kegiatan mereka.

Penyelenggaraan kali ini adalah final untuk regional Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Lampung. Empat regional lain sudah merampungkan kompetisinya, yaitu pertama Sumatera,  kedua Jawa Tengah dan Yogyakarta, ketiga Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Banjarmain dan terakhir regional Indonesia Timur.

Pemenang di masing-masing regional akan mendapatkan bantuan buku dan dana dari Gramedia.

"Jadi, selama satu tahun kita akan memberikan funding atau dana operasional. Kita juga akan memberikan buku selama tiga kali dalam satu tahun periode, jadi koleksi buku yang ada di komunitas-komunitas baca itu kita tambah," kata Secretary PT Gramedia Asri Media, Yosef Aditiyo Corporate.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com