Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2016, 08:52 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com –
Antropolog sekaligus penggagas pendidikan bagi anak-anak suku asli yang tinggal di pedalaman rimba, Saur Marlina Manurung, menilai bahwa minat membaca orang di pedalaman lebih besar dari pada orang di kota.

"Minat membaca orang pedalaman dengan di kota saya jamin lebih besar orang pedalaman. Mereka belajar kehidupan sejak kecil, membaca apapun di sekitar mereka  dan langsung dipraktikkan," ujar perempuan yang akrab disapa Butet Manurung itu pada acara Final Gramedia Reading Community Competition 2016, di Perpustakaan Nasional, Sabtu (27/8/2016).

Alam dan lingkungan, lanjut Butet, membuat orang pedalaman sudah terbiasa membaca tanpa media buku. Dia lalu mencontohkan, jika ingin menangkap tupai, maka orang pedalaman membaca dahulu vegetasinya dan arah angin, barulah kemudian mereka mempelajari dan mempraktikkannya.

Menurut Butet, orang pendalaman mudah sekali diajari baca dan tulis asalkan dengan cara menyenangkan dan dekat dengan kehidupan mereka.

"Kalau kita mengenalkan baca tulis dengan menyenangkan, secara otomatis buku itu akan mereka terima. Asal kita mengenalkan (baca dan tulis) dan mengajarinya sesuai dengan aktifitas keseharian mereka" papar peraih penghargaan "Heroes of Asia Award 2004" dari Majalah Time.

Buta huruf

Minat belajar dan membaca masyarakat pendalaman yang tinggi rupanya tak dimiliki masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal itu terbukti lewat hasil studi "Most Littered Nation In the World" oleh  Central Connecticut State Univesity pada Maret lalu.

Riset tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Posisi Indonesia pun persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).

Namun, meskipun minat baca rendah, angka buta huruf di Indonesia dinilai mengalami penurunan. Hal itu dituturkan Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, yang turut hadir pada acara itu. 

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berbincang dengan salah satu murid saat mengantar putranya, Kaisar Hakam Baswedan, pada hari pertama masuk sekolah di Cinere, Depok, Jawa Barat, Senin (1/8/2016). Saat menjabat menteri, Anies mengampanyekan Gerakan Antar Anak Ke Sekolah pada hari pertama masuk sekolah.

"
Angka buta huruf tak bisa membaca sekarang sudah lebih sedikit tinggal enam persen. Dari lima persen yang melek huruf(bisa tulis dan baca)saat Indonesia merdeka sekarang sudah 94 persen melek huruf dan ini untuk 250 juta penduduk," kata Anies.

Pencapaian itu, lanjut penggagas gerakan 'Indonesia Mengajar' itu, sudah lebih baik ketimbang negara lain. Saat ini saja masyarakat buta huruf di India masih sekitar 30 persen.

"Ketika kita baru lima persen bisa baca tulis, di India itu sudah delapan persen, di Mesir sudah hampir 10 persen. Kok mereka itu sekarang terseok-seok, dan kita sudah 94 persen," ujar mantan Rektor Universitas Paramadina itu.

Namun, menurut Butet Manurung, meski mengalami penurunan angka buta huruf di kawasan pedalaman terpencil masih besar. Terlebih, angka buta huruf yang dihitung BPS (Badan Pusat Statistik) adalah usia di luar wajib belajar, yaitu 15 sampai 60 tahun, sementara untuk usia 15 tahun ke bawah tak terdeteksi secara detail.

"Sepengalaman saya di pedalaman itu banyak banget yang buta huruf. Jangankan di Indonesia Timur, di Jember saja banyak. Anak-anak usia sekolah bahkan yang ikut sekolah pun masih buta huruf," ujar Butet.

Komunitas baca

Baik Anies Baswedan dan Butet Manurung hadir di acara Final Gramedia Reading Community Competition 2016, yaitu kejuaraan membaca untuk komunitas atau taman baca yang ada di Indonesia. Kegiatan melibatkan komunitas baca (reading community) tersebut adalah salah satu upaya ikut membantu mendorong minat baca di Tanah Air.

Penyelenggaraan kali ini merupakan etape final untuk kawasan Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Lampung. Empat regional lain sudah merampungkan kompetisinya, yaitu pertama Sumatera, kedua Jawa Tengah dan Yogyakarta, ketiga Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Banjarmain dan terakhir regional Indonesia Timur.

Pemenang di masing-masing regional akan mendapatkan bantuan buku dan dana dari Gramedia.

"Jadi, selama satu tahun kita akan berikan funding atau dana operasional. Kita juga akan memberikan buku selama tiga kali dalam satu tahun periode, jadi koleksi buku yang ada di komunitas-komunitas baca itu kita tambah," kata Secretary PT Gramedia Asri Media, Yosef Aditiyo Corporate.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com