Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Belajar, Sekolah, Sukses, Kaya

Kompas.com - 14/09/2016, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan, ketika baru dilantik Presiden Joko Widodo telah memicu pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan kesuksesan. Juga tentang hubungan antara tingkat pendidikan dengan kemampuan di suatu bidang.

Susi adalah orang yang hanya tamat SMP, namun sukses sebagai pengusaha, kaya raya, dan kini menjadi petinggi negara, menyisihkan orang-orang “pintar” yang “seharusnya” lebih layak menempati posisi tersebut.

Kemudian tersulutlah orang untuk mengambil kesimpulan liar, “tak perlu lagi sekolah tinggi, toh tamatan SMP saja bisa jadi menteri”.

Sebenarnya kita tak perlu kaget. Presiden Seoharto juga tak tinggi pendidikan formalnya. Kalau tak salah hanya setingkat SD, ditambah sejumlah pendidikan militer.

Presiden Megawati bukan sarjana, jadi pendidikan formal yang bisa dihitung hanya setingkat SMA. Gus Dur pun sepertinya tak menamatkan sekolah. Jadi, bagaimana sebenarnya arti penting sekolah itu?

Pertama harus saya tegaskan bahwa orang sukses itu adalah orang berilmu. Itu sebuah kepastian. Tidak ada orang yang sukses karena kebetulan, atau keajaiban.

Habibie sukses sebagai ahli rancang bangun pesawat terbang, karena dia punya ilmu tentangnya. Rudi Chaerudin sukses sebagai chef, karena ia punya ilmu tata boga. Rudy Hartono punya ilmu tentang bulu tangkis. Rudi Hadisuwarno adalah orang berilmu dalam hal tata rias rambut.

Bagaimana mendapatkan ilmu? Ilmu bisa didapatkan dari mana saja. Kita bisa mendapat ilmu dari orang lain yang telah lebih dahulu tahu. Sekolah adalah bentuk formal dari proses mendapatkan ilmu dari orang lain.

Pengetahuan yang diajarkan di sekolah adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh oleh ratusan bahkan ribuan orang selama berabad-abad, yang dirangkum secara terstruktur, kemudian diajarkan.

Pengetahuan yang diajarkan di sekolah sifatnya dasar dan umum. Sekolah kejuruan mengajarkan pengetahuan yang sifatnya agak lebih khusus.

Di jenjang universitas, orang belajar tentang hal-hal yang lebih khusus. Untuk tujuan itu universitas dibagi menjadi fakultas dan jurusan. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, orang akan belajar tentang suatu bidang yang sempit tapi mendalam.

Sekolah formal bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan ilmu. Orang bisa belajar langsung kepada seseorang yang ahli. Keahlian di bidang olah raga, misalnya, banyak yang diperoleh orang melalui cara ini. Demikian pula keahlian memasak, seni, serta agama. Tentu saja sekolah formal di bidang-bidang tersebut juga ada.

Cara lain untuk mendapat ilmu adalah dengan meramunya dari pengalaman kita sendiri. Susi dan Soeharto adalah contoh orang berilmu yang mendapatkan ilmunya dari pengalaman di lapangan.

Ilmu yang diperoleh dengan cara ini kadang kala bisa mengalahkan ilmu yang diperoleh orang melalui jalur formal, melampaui kemampuan seorang doktor sekalipun.

KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Bupati Purwakarta sedang selfie bersama pelajar SMAN 3 Purwakarta di lapangan sekolah belum lama ini.
Kita kembali ke pertanyaan, untuk apa sekolah? Sekolah adalah cara yang umum untuk mendapatkan ilmu. Umum artinya banyak orang melakukannya, dan banyak yang berhasil dengan cara itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com