KOMPAS.com—Lulus kuliah dan menggenggam gelar sarjana ternyata tak selalu berarti siap masuk dunia kerja. Delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia, menurut Riset Willis Tower Watson Indonesia, mengaku kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai.
Padahal, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pengangguran sarjana di Indonesia meningkat dari 653.586 pada Agustus 2015 menjadi 695.304 orang pada Februari 2016. Ada apa?
"Salah satu penyebab lulusan perguruan tinggi di Indonesia sulit mendapat pekerjaan adalah belum memiliki skill yang dibutuhkan perusahaan," kata Consultant Director Willis Tower Watson Indonesia, Lilis Hakim, seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (23/4/2016).
Menurut Lilis, skill adalah modal awal untuk memasuki dunia kerja. Termasuk di dalamnya, sebut dia, adalah kemampuan digital, berpikir dalam banyak skenario, dan penguasaan bahasa asing.
Kemampuan digital, papar Lilis, merupakan salah satu prasyarat paling penting bagi lulusan perguruan tinggi untuk bekerja pada era modern seperti sekarang.
Berbekal kemampuan ini, mereka diharapkan mampu mencari, mengevaluasi, memanfaatkan, membagikan, dan membuat konten dengan menggunakan bantuan teknologi informasi.
Kebutuhan berikutnya yang juga mendasar, lanjut Lilis, adalah komunikasi, terutama komunikasi tertulis. Beragam riset lain juga menyatakan hal serupa.
Riset dari National Association of Colleges and Employers (NACE) pada 2015, misalnya, mendapati 70,2 persen dari 201 manajer yang menjadi respondennya mengaku mencari calon karyawan dengan mempertimbangkan kemampuan komunikasi tulisan.
Pegawai dengan keterampilan yang baik dalam hal ini dianggap dapat membawa perusahaan ke posisi lebih baik.
Pendiri perusahaan konsultasi bisnis Basecamp, Jason Fried, sempat pula menyatakan, kemampuan menulis juga berkorelasi dengan kemampuan menyederhanakan persoalan rumit sehingga bisa dimengerti banyak orang.
Riset NACE juga mendapati, sekitar 80,1 persen responden mencari kandidat yang memiliki kemampuan kepemimpinan, dan 78,9 persen responden mengutamakan keterampilan calon karyawan untuk bekerja dalam tim.
Dengan kata lain, kata riset ini, calon karyawan perlu memiliki keahlian komunikasi interpersonal, selain kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas.
Sejak kuliah
Merujuk semua riset tersebut, pencari kerja harus lebih menyiapkan diri tak sekadar berbekal ijazah. Tentu saja, persiapan untuk itu tak bisa instan. Setidaknya sejak kuliah, keahlian yang sekiranya dibutuhkan untuk bekerja itu sudah harus diasah.
Karenanya, memilih kampus yang tepat untuk kuliah bisa jadi langkah awal. Selain kurikulum dan program studi, para siswa yang berniat melanjutkan kuliah sebaiknya juga menggali metode pengajaran yang diterapkan di kampus idaman.