Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Penyesalan

Kompas.com - 30/04/2017, 08:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

Orang yang hidup dalam penyesalan tentang masa lalunya, tidak menarik untuk menjadi teman seperjalanan menuju masa depan. (Mario Teguh)

Dani (7 tahun) berebut baju dengan kakak tirinya, Dina (8 tahun). Gara-gara sehelai baju, mereka berselisih dan tidak ada yang mau mengalah. Namanya anak-anak, kukuh dengan keinginannya. Melihat hal ini, ayahnya yang bernama Deny, tampak kesal dan menjadi emosi melihat anak-anaknya bertengkar.

Entah setan dari mana, tiba-tiba ayahnya dengan penuh  emosi langsung mengambil sepotong bambu. Lalu, Dani, anak laki-laki yang masih berusia 7 tahun ini, dihajar dan dipukuli berkali-kali dengan bambu. Terus dipukuli dan dipukuli sekenanya di tubuh anaknya ini. 

Ayahnya ini benar-benar sudah gelap mata! Darah yang mengucur di tubuh anaknya sama sekali tidak mampu membuka mata hatinya. Ayahnya semakin beringas dan kalap ketika ayunan bambu terus dan terus menghantam tubuh anak yang masih berusia 7 tahun ini!

"Yah, saya minta maaf...," dengan lirih Dani yang tergeletak berkata kepada ayahnya setelah habis dipukulinya.

Kemudian, dengan suara sangat pelan, Dani meminta es krim. Setelah mencicipinya, Dani menghembuskan napas terakhir. Dani tewas di tangan ayahnya!

Melihat kenyataan ini, ayahnya menyesali atas perbuatannya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, penyesalan ayahnya sudah terlambat. Kisah nyata ini terjadi di Kota Malang pada tahun 2015 yang dimuat di Metrotvnews.com.

Andy Noya, pembawa acara Kick Andy di Metro TV, pernah mengalami penyesalan selama hidupnya. Dalam buku Andy Noya, "Kisah Hidupku" yang ditulis Robert Adhi Ksp, diceritakan bagaimana Andy Noya menyesali sebuah permintaan orangtuanya yang diabaikannya.

Pada tahun 1979, Andy Noya bersama orangtuanya tinggal di Irian Barat (sekarang Papua). Selama di Irian Barat, hidup Andy dan orangtuanya sangat kekurangan. Tinggal di losmen sempit yang masih berlantai tanah merah.

Pekerjaan ayah Andy pada waktu itu sebagai montir mesin tik. Semakin hari order servis mesin tik semakin sepi. Ditambah lagi ayahnya kini sakit-sakitan.

Suatu hari, Andy ingin menonton Sarung Tinju Emas, olahraga tinju yang sangat digemarinya. Tetapi entah kenapa, sore itu ayahnya tiba-tiba melarang Andy pergi. Ayahnya meminta agar Andy di rumah saja menemani ibunya.

Andy kecewa dan marah! Tidak biasanya ayahnya bersikap seperti itu. Andy bersikap tidak mau mengalah bahkan bersikukuh menonton tinju dengan cara membujuk ibunya agar diperbolehkan.

Akhirnya, ibunya dengan berat mengizinkan. Andy segera bergegas keluar rumah. Namun ketika Andy baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ibunya berteriak panik.

" An, papi, papi, tolong!"

Andy kaget, kemudian berbalik dan langsung menerobos pintu kamar ayahnya.
Dilihat ayahnya sudah tersungkur di lantai. Andy kemudian menolongnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com