PANGKALAN KERINCI, KOMPAS.com - Era digital menyebabkan disrupsi pada sejumlah bidang. Sebagai contoh sederhana, jika dahulu kita terbiasa bertukar kabar dengan surat, kini cukup satu genggaman informasi dapat menyebar dengan mudahnya.
Demikian pula dalam hal kepemimpinan. Seorang pemimpin perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Adaptif menjadi kunci agar nilai kepemimpinan dapat terwujud dengan baik.
"Saat ini kita berada pada era digital, sebuah era transparansi dengan arus informasi yang sedemikian besar. Knowledge (pengetahuan) tak bisa lagi disentralkan pada beberapa orang saja," ujar anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Anderson Tanoto.
Saat itu, ia menjawab pertanyaan Kompas.com di sela-sela Tanoto Scholars Gathering, Rabu (22/11/2017), di Pangkalan Kerinci, Riau.
Menurut Anderson, dengan penetrasi internet yang sedemikian besar di dunia, khususnya Indonesia, setiap individu dapat dengan mudah mengakses informasi baru.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada 2016, terungkap bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia telah terkoneksi dengan internet.
Sebanyak 132,7 juta orang Indonesia mengakses internet sebagai aktivitas sehari-harinya. Adapun total penduduk Indonesia sendiri sekitar 260 juta orang.
Berkaca pada pesatnya pertumbuhan digital itu, lanjut Anderson, seorang pemimpin selayaknya terus memperbarui pengetahuan yang dimilikinya agar tetap kekinian.
"Semangat belajar mesti terus dikobarkan. Walaupun kita sudah menempuh kuliah, tidak berarti kita sudah tahu segalanya. Inilah prinsip lifelong learning (belajar sepanjang hayat)," tutur pria berusia 28 tahun itu.
Hasrat untuk terus menambah pengetahuan baru membuat seorang pemimpin dapat mengambil keputusan secara tepat dan aktual.
"Bersikaplah terbuka dan tumbuhkan terus rasa penasaran karena apa yang sudah kita ketahui sekarang belumlah cukup," ucap dia.
Setelah membekali diri dengan pengetahuan yang relevan dengan "zaman now", semailah pula hal baik tersebut bagi orang di sekitar kita. Dengan begitu, misi menjadi pemimpin yang peduli pada masyarakat pun dapat terwujud.
Butuh proses
Mewujudkan pemimpin tangguh memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan tempaan terus-menerus untuk menggelorakan jiwa kepemimpinan seseorang.
Atas dasar itulah, Tanoto Foundation kembali mengadakan Tanoto Scholars Gathering yang ke-8 tahun ini.
Sebanyak 250 penerima beasiswa Tanoto Foundation dari 21 perguruan tinggi di Indonesia berkumpul untuk diberi pelatihan bagaimana menjadi pemimpin tangguh masa depan.
Ketua Pengurus Tanoto Foundation Sihol Aritonang menambahkan, pelatihan kepemimpinan bagi penerima beasiswa Tanoto Foundation tak hanya dilakukan pada ajang tahunan itu.
Anak-anak muda tersebut turut diberi pembekalan soft skills dalam berbagai kesempatan lainnya, seperti kemampuan berkomunikasi, presentasi, dan menulis.
Dengan begitu, penerima beasiswa Tanoto Foundation diharapkan dapat menjadi pemimpin "zaman now" yang tangguh bagi masa depan Indonesia!