BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kemenristek Dikti

Generasi Milenial Jangan Takut Bereksperimen

Kompas.com - 29/12/2017, 09:01 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com – Festy Fidia Siswanto prihatin dengan cara pengemasan kopi luwak di sebuah tempat di Ciwidey, Bandung yang berisiko menyebabkan kecelakaan pada karyawannya manakala beraktivitas.

Pasalnya, mereka harus memotong pembungkus aluminium secara manual, sementara berat material yang digunakan tersebut bisa berton-ton.

Festy lantas mendapat ide. Mahasiswa semester VII jurusan Teknik Informatika Politeknik Elektronik Negeri Surabaya (PENS) ini memutuskan untuk menciptakan meja pemotong yang bisa digunakan dalam produksi pengemasan kopi luwak.

Meja pemotong yang didesain khusus oleh Festy dan teman-temannya ini kemudian dinilai sangat bermanfaat bagi para pekerja, bukan hanya untuk mengurangi risiko melainkan juga untuk meningkatkan produktivitas.

Tak hanya menolong para pekerja, lebih menggembirakan lagi, karya itu mengantarkan Festy dan teman-temannya sebagai pemenang pertama dalam ajang International Project Session yang diikuti peserta gabungan dari Indonesia, Malaysia dan Korea.

Festy saat merancang meja pemotong pembungkus kopi luwak. Penemuannya ini berhasil mengantarkan Festy dan tim menjuarai ajang International Project Session yang diikuti peserta gabungan dari Indonesia, Malaysia dan Korea.Dok. Festy Fidia Siswanto Festy saat merancang meja pemotong pembungkus kopi luwak. Penemuannya ini berhasil mengantarkan Festy dan tim menjuarai ajang International Project Session yang diikuti peserta gabungan dari Indonesia, Malaysia dan Korea.

Hasil temuannya ini bahkan berhasil menarik perhatian Pusan National University Korea, sehingga Festy dan tim diundang ke sana untuk mempresentasikan alat tersebut.

Tidak hanya berhenti di inovasi ini, kreativitas Festy di berbagai hal lainnya, membuka peluangnya dalam menerima berbagai penghargaan dari kompetisi-kompetisi lain yang ia ikuti, di antaranya sebagai lima finalis terbaik untuk kategori pengembangan perangkat lunak (software development) yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada dan menjadi sepuluh finalis terbaik dalam pembangunan platform Android yang diselenggarakan Universitas Dian Nuswantara.

Prestasi terakhir yang berhasil ia raih adalah sebagai juara 3 dalam kategori Independent Millennials Challenge sekaligus Best Idea di Future Leaders Summit 2017 yang diselenggarakan oleh salah satu bank terkemuka di Indonesia.

“Sebagai bagian dari generasi milenial, saya memiliki banyak ketertarikan dalam berbagai bidang dan ingin mencoba menjajal kompetensi diri dengan mengikuti berbagai lomba yang diselenggarakan. Semua kesempatan tersebut memperkaya pengalaman, pengetahuan dan tentunya mengembangkan jejaring yang kelak akan berguna saat saya masuk ke dalam dunia pekerjaan,” kata Festy.

Tak hanya menyiapkan diri dalam menghadapi persaingan dunia kerja kelak, Festy juga sudah mulai mengasah kemampuan berbisnisnya. Saat ini Festy bersama seorang temannya sudah memiliki usaha mikro yaitu berjualan bantal berdesain khusus.

Bantal hasil produksi Festy dan kawannya.Dok. Festy Fidia Siswanto Bantal hasil produksi Festy dan kawannya.

Proses produksi seperti merancang model hingga proses pemasaran ke konsumen dilakukan sendiri oleh Festy dan temannya.

“Berniaga juga selalu menjadi kegemaran saya yang tidak bisa dibendung. Hitung-hitung saya bisa belajar menjadi pengusaha di level yang sangat mikro, sebelum nantinya bisa meningkatkan diri ke skala yang lebih besar,” ujarnya.

Festy juga rajin berbagi ide yang bisa membantu generasinya mencapai kemerdekaan finansial.

Aplikatif dan Inovatif

Sosok Festy menjadi bukti bahwa politeknik tidak sekedar mendidik mahasiswa untuk memahami konsep dan pengetahuan, atau sebatas menerapkan proposisi umum berbasis teori dan pustaka.

“Sesuai karakteristik pendidikan politeknik, mereka belajar memahami secara tepat apa yang diperlukan untuk kepentingan kerja, berpraktik, mendemonstrasikan pengetahuan praktis dan prosedural,” jelas Direktur Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Mahasiswa, Kemristekdikti Dr. Paristyanti Nurwardani.

Tidak heran jika mahasiswa seperti Festy sadar bahwa keterampilan dapat dibangun di mana pun. Melalui pendidikan yang ia dapatkan pula, pengetahuannya seputar dunia bisnis lebih cepat dapat diaplikasikan secara nyata.

Untuk membuka akses lebih luas dan memajukan kualitas keluaran pendidikan politeknik, pemerintah melalui Kemristekdikti pun menggagas Program Pengembangan Pendidikan Politeknik (Polytechnic Education Development Project/PEDP) yang juga didukung oleh Asian Development Bank dan Pemerintah Kanada, dimana PENS menjadi salah satu institusi yang dikembangkan di antara 34 politeknik negeri dan swasta lainnya.

“Secara garis besar, program yang telah berjalan sejak 2012 ini mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan pendidikan politeknik membentuk tenaga kerja siap pakai, yang memenuhi kompetensi sesuai standar kinerja di dunia kerja dan industri untuk menjawab tantangan pasar bebas”, tutup Paristyanti.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau