BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kemenristek Dikti

Lewat Bahasa Inggris, Mahasiswa Politeknik Kembangkan Pariwisata Batam

Kompas.com - 12/01/2018, 09:04 WIB
Auzi Amazia Domasti

Penulis

KOMPAS.com - Kampung Tua Bakau Serip Nongsa di Batam memiliki pemandangan pantai berpasir putih, pohon-pohon bakau dan kelapa, serta gazebo-gazebo yang cocok untuk bersantai. Suasana asri kampung membuat para turis lokal maupun asing kerap mengunjungi dan betah berlama-lama tinggal di sana.

Kartika Wijaya, seorang mahasiswi Administrasi Bisnis Terapan Politeknik Negeri Batam, menyadari besarnya potensi wisata di daerah itu untuk bisa diperkenalkan lebih jauh lagi kepada para wisatawan. Tentunya, melalui pariwisata, potensi bisnis dan ekonomi daerah juga dapat meningkat.

Namun sayang, penduduk lokal yang tinggal di Kampung Tua Bakau Serip Nongsa tidak dapat berbahasa Inggris sehingga belum dapat berkomunikasi lebih banyak dengan para turis. Hal ini berpengaruh kepada kualitas interaksi dan kesan para tamu mancanegara terhadap masyarakat setempat.

Terkait hal itu, Kartika yang fasih berbahasa Inggris bertekad untuk berkontribusi kepada para warga Kampung Tua Bakau Serip Nongsa. Ia bersama teman-teman kampusnya yang tergabung dalam Polibatam English Club akhirnya terdorong untuk mengajar Bahasa Inggris.

Mereka pun mengadakan pelatihan Bahasa Inggris, sekaligus sebagai cara untuk mempromosikan wisata kampung tua, dan meningkatkan kebanggaan anak-anak muda setempat mulai tingkat SD hingga SMA. “Semua materi kami siapkan sendiri,” ujar Kartika.

Mahasiswa Politeknik Negeri Batam, Kartika Wijaya, mengajar bahasa Inggris agar anak-anak dan para pemuda Kampung Tua Bakau Serip Nongsa bisa semakin pandai memperkenalkan daerahnya ke wisatawan.Dok. Pribadi/Kemenristekdikti Mahasiswa Politeknik Negeri Batam, Kartika Wijaya, mengajar bahasa Inggris agar anak-anak dan para pemuda Kampung Tua Bakau Serip Nongsa bisa semakin pandai memperkenalkan daerahnya ke wisatawan.
Kartika pun berharap, sebagai warga asli Batam, keunggulan wisata Batam itu bisa semakin terekspos.

Kontribusi melalui prestasi

Kecintaan dan kontribusi Kartika pada Batam tidak hanya ia tunjukkan dari upayanya berbagi keterampilan berbahasa Inggris dan rajin membuat karya tulis ilmiah soal pariwisata.

Ia juga mengajukan beberapa gagasan untuk mempromosikan “Kek Pisang Villa” sebagai oleh-oleh khas Batam melalui lomba Business Presentation Skill pada 2015.

Para juri menilai bahwa konsep yang diajukannya menarik. Ia dianggap mampu mempresentasikan dan mempertahankan ide-idenya secara baik.

Karenanya, ia pun berhasil menjadi juara ketiga dalam kompetisi tingkat nasional tersebut.

Bagi Kartika, kegiatan presentasi dan debat bukan saja sebagai cara untuk menyampaikan berbagai ide di kepalanya, tetapi juga ia nikmati sebagai latihan untuk meningkatkan keluwesannya dalam menerapkan ilmu Administrasi Bisnis.

Kartika Wijaya, mahasiswa Politeknik Negeri Batam, mempresentasikan ide bisnis Kek Pisang Villa sebagai oleh-oleh khas Batam.Dok. Pribadi/Kemenristekdikti Kartika Wijaya, mahasiswa Politeknik Negeri Batam, mempresentasikan ide bisnis Kek Pisang Villa sebagai oleh-oleh khas Batam.
“Saya senang ikut kegiatan debat dan sebelumnya cukup aktif juga di beberapa kompetisi presentasi bisnis di kampus,” ucapnya.

Kampusnya juga konsisten mendukung para mahasiswa melalui berbagai seminar dan pelatihan agar kemampuan mereka semakin meningkat dan siap masuk ke dunia industri nantinya. Hal ini didukung pula dengan tersedianya fasilitas belajar politeknik yang lengkap dan canggih.

Keunggulan politeknik

Dari sekian banyak manfaat yang Kartika peroleh dari pengalamannya belajar di Politeknik Negeri Batam salah satunya adalah menjadikannya pribadi yang lebih percaya diri sekaligus peduli terhadap kondisi lokal daerahnya.

Ia meyakini kelebihan tersebut mampu membuatnya menggali ilmu bisnis secara lebih mendalam dan melatihnya dalam menawarkan solusi-solusi efektif.

“Politeknik menyiapkan mahasiswanya menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional untuk mampu menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memanfaatkannya demi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, selain turut memperkaya kebudayaan nasional,” urai Direktur Pembelajaran dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Dr. Paristyanti Nurwardani.

Politeknik Negeri Batam termasuk salah satu kampus yang mendapatkan dukungan Program Pengembangan Pendidikan Politeknik atau Polytechnic Education Development Project (PEDP) bersama 33 politeknik negeri dan swasta lainnya di seluruh Indonesia.

PEDP-sebagai hasil kerjasama Kemenristekdikti, Asian Development Bank, dan Pemerintah Kanada-menerapkan sejumlah reformasi di pendidikan politeknik yang antara lain meningkatkan kualitas dan relevansi sistem pendidikannya dengan kebutuhan lingkungan eksternal, serta meningkatkan akses yang lebih merata terhadap layanannya.

Sektor pariwisata, seperti yang disentuh oleh Kartika, merupakan salah satu sektor yang dikembangkan PEDP bersamaan dengan sektor manufaktur, infrastruktur, pertanian dan pertambangan.

Bagi sektor bisnis dan pariwisata, ini menjadi dukungan penting mengingat pariwisata Indonesia menyediakan 9,8 juta lapangan pekerjaan dan menyumbang 10 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional, yang merupakan nominal tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.

Bahkan pada 2019 nanti sektor pariwisata diproyeksikan mampu menyumbang 15 persen terhadap PDB, yang mencakup 280 triliun rupiah devisa negara, 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, dan juga menyerap 13 juta tenaga kerja.

“Saya yakin mahasiswa politeknik dapat menjadi pemimpin industri dan pakar dalam sektor karena kami tidak hanya belajar teori, namun belajar memahami apa yang diperlukan untuk kepentingan kerja, berpraktik dan mendemonstrasikan pengetahuan praktis, di samping membangun keterampilan manajemen,” tegas Kartika.

Oleh sebab itu, pendidikan politeknik juga kerap disebut sebagai bekal bagi masa depan yang P.A.S.T.I karena melahirkan tenaga yang Profesional, Aplikatif, Siap Kerja, Tepat Waktu dan Inovatif.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com