Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Dilan, Cinta, dan Cara Menemukan Pasangan

Kompas.com - 19/02/2018, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

 

Seminggu kemudian setelah selesai membaca, dia mengembalikan lagi bukunya dengan sepucuk surat yang menyatakan banyak terima kasih dan bahwa bukunya sudah banyak membantunya. Ternyata sejak itu rekannya ini mulai mau bicara dengan Franklin, awalnya berdiskusi mengenai bukunya, lalu berlanjut mengenai semua hal yang lain. Mantan musuh Franklin ini kemudian menjadi sahabatnya sampai akhir hayat.

Efek ini juga sudah banyak diteliti oleh psikolog sejak tahun 1969. Penelitian terbaru mengenai hal ini dilakukan oleh Yu Niiya, psikolog dari Universitas Hosei, Tokyo yang diterbitkan dalam The Journal of Social Psychology, vol.156 tahun 2016.

Semua menunjukkan hal yang sama, yaitu ketika misalnya seseorang meminta bantuan pada orang lain, tidak peduli pada awalnya orang lain tersebut suka atau tidak suka ada orang yang meminta bantuan. Setelah dimintai bantuan, orang itu akan cenderung menyukai orang yang meminta bantuan.

Sebagian psikolog menghubungkannya dengan teori Cognitive Dissonance, yaitu secara kognitif manusia akan mengalami konflik apabila ada yang tidak sinkron antara pikiran dan perbuatan sehingga akan mencari pembenaran kognitif untuk mensinkronkan. Misalnya tadinya seorang wanita memiliki perasaan biasa saja dengan seorang pria, tapi kemudian terjadi hubungan interpersonal ketika si pria meminta bantuan kecil pada sang wanita.

Ketika sang wanita mau dan proses ini berulang, sang wanita tidak bisa tidak menyukai si pria. Apabila dia sebelumnya biasa saja atau malah tidak suka maka akan terjadi konflik kognitif, bahwa orang yang kita bantu itu sudah seharusnya orang yang kita sukai.

Sebut saja namanya Maun, teman saya. Maun hampir selalu berhasil memulai hubungan dengan lawan jenis. Sejak masa SMA sampai lulus kuliah, beberapa kali punya hubungan khusus. Semuanya hampir berjalan mulus, mulus mulainya dan mulus putusnya dan tekniknya sama sekali tidak pernah gagal.

 

Tapi ini kita bicara soal memulai ya, bukan membina hubungan. Itu hal yang lain lagi mungkin lain waktu bisa dibahas disini. Setelah saya pikir-pikir, teknik Maun ini aplikasi langsung dari Benjamin Franklin Effect. Berikut saran dari Maun yang diceritakan ke saya:

1. Pertama, cari tahu apa keahlian kita atau aktivitas apa yang kita senangi. Kalau sudah tahu, dalami lagi hingga benar-benar menguasai. Dalam hal ini Maun senang menulis. Bisa juga keahlian olahraga misalnya basket, sepakbola, keahlian lain seperti berbisnis, pokoknya yang kita sukai.

2. Kedua (opsional), bisa memperkuat tapi tidak harus. Tunjukkan prestasi dalam keahlian kita itu, yang kecil-kecil saja. Misalnya Maun karena suka menulis. Dia mengirimkan tulisannya ke media sekolah atau media kampus, dan dimuat tapi tidak di bayar. Nggak papa, yang penting ada buktinya tulisannya dimuat.

3. Ketiga. Mulai beranikan diri berinteraksi dengan orang yang kita sukai, pastikan juga punya minat di bidang keahlian kita. Bekalnya poin pertama dan kedua. Dalam hal ini Maun ingin menulis buku, keinginan ini bisa niat beneran, atau dibikin beneran untuk alasan pendekatan.

Terserah, yang penting prosesnya nyata, bukan modus. Maun kemudian meminta, sebut saja namanya Wati untuk membantunya menulis beberapa bab, atau membantunya menyunting.

Tentu dengan alasan-alasan yang masuk akal supaya Wati mau. Maun selalu berhasil karena dia (apapun niat di belakangnya) memang ingin menulis buku, plus sangat menguasai soal tulis-menulis, jurnalistik, dan punya karyanya. Jadi ibaratnya “sambil menyelam minum air”.

4. Keempat, buat prosesnya beberapa minggu sampai beberapa bulan, untuk memastikan ada waktu berinteraksi rutin misalnya seminggu dua kali. Dalam proses ini Maun menunjukkan keahliannya tanpa harus pamer. Selalu sampaikan apresiasi sehingga kita selalu bisa menunjukkan rasa terima kasih sudah dibantu. Lalu juga sisipkan bahan obrolan lain, jadi tidak hanya soal proyeknya.

5. Kelima, terakhir, dan yang paling penting. Semua poin diatas tidak akan ada artinya kalau tujuan utama bukan untuk memberikan perhatian lebih dan mengistimewakan calon pasangan kita. Karena nantinya, pasangan kita-lah yang harusnya menjadi orang yang paling istimewa dan paling kita jaga dibanding orang-orang lain selain keluarga kita.

Kalau kita tidak mengacaukannya, terutama sabar dan konsisten khususnya pada poin keempat dan kelima. Proses ini, menurut teman saya tadi, hampir selalu berhasil. Asisten menulis Maun yang terakhir menikah dengannya dan sekarang sudah punya anak lucu-lucu, ditambah lagi buku yang mereka tulis akhirnya terbit. Selamat berjuang mas dan mbak!


Sumber :
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2016.00687/full

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com