KOMPAS.com - Bosan dengan desain blognya, seorang pelajar kelas 1 SMA bernama Zahra (16) mencari tema dan template yang cocok dalam pengaturan website blog. Namun, setelah lama mencari, ia belum menemukan template blog yang sesuai sehingga memutuskan untuk membuat sendiri.
Sebetulnya, Zahra sama sekali belum tahu cara personalized theme untuk blognya. Ia pun berusaha mengumpulkan gambar yang diinginkannya, membuat sketsa asal untuk desain blog dan mencari informasi cara membuat tema di internet dengan coding sederhana.
Bermodal mesin pencari Google, Zahra mengitkuti tutorial membuat template blog yang menggunakan coding sederhana. Akhirnya, template blog yang sesuai keinginannya pun jadi.
Apabila Zahra masih berkutat pada pembuatan coding sederhana sebatas untuk blog, maka berbeda dengan Yuma Soerianto (10).
Mirip dengan Zahra, Yuma belajar coding lewat internet, tepatnya melalui YouTube. Kegiatan tersebut ia tekuni sejak ia berumur 6 tahun. Berkat kemampuannya itu, ia pun diundang dalam acara Worldwide Developers Conference (WWDC) di San Jose (AS) pada 2017.
Tak cuma coding, internet sebenarnya bisa membantu siswa dalam proses belajar di sekolah. Contohnya seperti yang dipaparkan Ben McNeeley pada buku Educating the Net Generation.
Jurnalis dari North Carolina State University ini menceritakan pengalaman adiknya yang masih SMA ketika kesulitan mengerjakan tugas kimia.
“Adik saya menggunakan WebAssign, aplikasi belajar berbasis internet yang dikembangkan North Carolina State University, untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) pelajaran kimia,” ujarnya.
Tiga kisah di atas pun membuktikan bahwa internet bisa menjadi solusi anak-anak untuk menyelesaikan masalahnya.
Internet bukan lagi alat untuk memenuhi kebutuhan hiburan semata, tetapi menjadi penopang anak dalam belajar. Mereka bisa belajar bahasa inggris, fisika, matematika, dan kimia seperti dari tayangan tutorial di YouTube.
Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada International Journal of Education and Information Technologies yang dipublikasikan pada 2008. Studi terkait pandangan orangtua di Turki tentang anak-anaknya yang menggunakan internet menyimpulkan bahwa internet dianggap sebagai teknologi maju yang menjadi jendela dunia terhadap informasi.
Teknologi pendamping belajar anak
Berkaca pada fakta di atas, maka sekolah sebaiknya turut menggunakan teknologi sebagai media pendukung aktivitas belajar murid. Ini karena teknologi bisa membuat proses belajar mengajar jadi lebih interaktif, tidak lagi terlalu fokus pada guru, tetapi lebih terpusat pada anak.
Meski begitu, peran guru dalam penggunaan teknologi pada kegiatan belajar mengajar tetap penting. Mereka harus bisa memastikan agar anak didik mampu memanfaatkan teknologi secara sehat dan tepat.
Dengan begitu, anak didik pun bisa leluasa mendapat akses ke ilmu pengetahuan.
Metode pendidikan berbasis teknologi seperti itu salah satunya ada di Samsung Smart Learning Class (SSLC). Di sini siswa-siswi menggunakan tablet yang sudah terkoneksi dengan internet sebagai media belajar. Tablet juga sudah terprogram diisi dengan e-learning pelajaran matematika, dan sains sains, coding dan ilmu pengetahuan lainnya.
Nah, dengan dukungan seperti ini, para siswa diharapkan mampu mengembangkan diri dan kemampuannya sesuai bakat dan minat. Tiap anak pun jadi punya kesempatan lebih besar untuk bisa menggapai impiannya dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi banyak orang.