Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haruskah Mengajarkan Kompetisi pada Anak?

Kompas.com - 05/05/2018, 13:02 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

KOMPAS.com - Bila menempatkan kata 'kompetisi' secara netral, maka kompetisi juga dapat memiliki makna yang sama seperti kata 'kolaborasi'. Sama halnya ketika kita menilai 'kolaborasi' bisa menjadi sangat negatif ketika masuk dalam konteks 'kerjasama korupsi'.

Beberapa kajian psikologi bahkan menyebutkan kompetisi sebagai sebuah naluri bawaan manusia (human need). Sebuah kebutuhan dasar yang kalau kita mau jujur juga menjadi kebutuhan dasar manusia. 

Selain menjadi 'naluri bawaan', berkompetisi itu, mau tidak mau atau suka tidak suka, juga diciptakan oleh lingkungan. Mulai dari lingkungan terdekat keluarga, di sekolah, dan juga di masyarakat. Ada penilaian di sekolah, perlakuan yang berbeda di rumah, dan ada status sosial di masyarakat atau lingkungan kerja.

 Baca juga: 700 Siswa Ikuti WSC 2018 di Binus School

Bagi sebagian orang, berkompetisi dapat membawa rasa takut atau pesimis karena perlu mengerahkan segenap kemampuan dan masuk dalam proses yang lama berhadapan dengan orang yang lebih unggul. 

Namun bagi sebagian lainnya, berkompetisi justru dapat membuat hidup menjadi lebih dinamis dan bersemangat karena mengasah karakter, mental dan kemampuan untuk menjadi lebih baik. 

Pemimpin perusahaan pemainan kreatif LEGO Jorgen Vig Knudstorp mengatakan untuk menjadi yang terbaik di dunia dalam bidangnya diperlukan semangat berkompetisi.

"Berkompetisi dapat menstimulasi pikiran untuk bekerja mencari terobosan baru. Dengan bersaing kitamendapatkan ide-ide dan peluang baru dan segar melampaui apa yang dapat kita pikirkan dan lakukan sebelumnya," menurut Jorgen. 

"Kita perlu menyiapkan anak-anak kita untuk siap berkompetisi memasuki era revolusi industri 4.0," kata Kepala Sekolah SMP dan SMA Bina Nusantara (Binus) School Serpong Sherrierose Gonzales.

Kemampuan untuk berkompetisi menjadi sama penting dengan kemampuan berkolaborasi agar anak siap menghadapi tantangan persaingan era milenial, tambahnya.

Menurutnya 3 hal yang dapat dilakukan orangtua agar sikap berkompetisi secara sehat dapat tumbuh dalam diri anak:

1. Memberi Kebebasan 

Saat ini sudah bukan zamannya lagi anak harus mengikuti cara yang sama yang dilakukan orangtua. Anak-anak milenial memiliki cara dan karakternya sendiri dalam menanggapi atau memberi respon menghadapi permasalahan.

Sikap kaku justru akan membuat mereka tidak berani berkreatifitas dan berinovasi, tambah Sherrie. Padahal, kreatifitas dan inovasi justru menjadi kunci keunggulan dalam berkompetisi.

2. Membangun Kemandirian

Ada kecendrungan justru orangtua tidak ingin anak 'susah' seperti pengalaman orangtua. Akibatnya, anak terlalu dimanja sehingga justru membuat daya juang mereka rendah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com