UGM: Pancasila Tidak Boleh Surut Dalam Jiwa

Kompas.com - 01/06/2018, 17:13 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Hari Lahirnya Pancasila menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk meneguhkan semangat bersatu, berbagi, dan berprestasi.

Hal tersebut ditegaskan oleh Presiden RI, Joko Widodo, dalam sambutannya yang dibacakan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof.Ir. Panut Mulyono dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Halaman Balairung UGM, Jumat (1/6/2018).

“Sudah 73 tahun Pancasila menjadi pemandu bangsa Indonesia. Selama itu pula Pancasila bertahan dan tumbuh di tengah deru ombak ideologi-ideologi lain yang berusaha menggesernya,” kata Jokowi.

Menurutnya, para pendiri bangsa dari berbagai kelompok, golongan, dan latar belakang menetapkan Pancasila sebagai pemersatu segala perbedaan. 

“Pada Peringatan Hari Lahir Pancasila 2018 ini kita harus meneguhkan semangat kita untuk bersatu, berbagi, dan berprestasi,” sampai Presiden.

Sebagai bangsa yang majemuk dan terdiri dari 714 suku dengan lebih dari 1.100 bahasa lokal yang hidup di lebih dari 17.000 pulau, semangat persatuan merupakan pilar kehidupan kita. Untuk itu, kata Jokowi, masyarakat harus terus bersatu memperkokoh semangat Bhinneka Tunggal Ika untuk menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang besar dan bangsa pemimpin.

Baca juga: Membumikan Pancasila

Semangat berbagi untuk kesejahteraan dan kemajuan bersama serta gotong royong pun harus terus dipupuk sebagai sumber energi besar Indonesia untuk menggapai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan semangat dan energi kebersamaan tersebut Indonesia akan mampu berprestasi dan memenangkan kompetisi.

“Kita harus memperkuat kekuatan kolektif bangsa dan tidak boleh menghambur-hamburkan energi dalam perselisihan dan perpecahan,” pesannya.

Dalam peringatan ini, Rektor UGM juga menyampaikan pesan kepada seluruh sivitas akademika UGM untuk bersatu dan bersinergi dalam mengembangkan ilmu, mendidik calon pemimpin bangsa, mengabdikan ilmu pengetahuan pada masyarakat dan kemanusiaan.

“Di UGM ini, kita merupakan miniatur Indonesia berasal dari seluruh pelosok negeri dengan suku, latar belakang kehidupan, dan menekuni bidang keilmuan yang berbeda-beda pula. Keberagaman ini merupakan modal yang luar biasa bagi kita untuk bersatu dan bersinergi membawa Indonesia menuju negara yang maju dan sejahtera,” papar Panut dikutip dari laman resmi berita UGM.

Dengan semangat persatuan, bergotong-royong, berkolaborasi antar bidang ilmu, Panut yakin UGM akan terus mampu menorehkan prestasi yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, namun juga bagi pengembangan peradaban masyarakat.

Dalam setiap langkah warga UGM harus selalu mengingat jati diri UGM sebagai Universitas Pancasila, Universitas Kerakyatan, Universitas Nasional, Universitas Perjuangan, dan Universitas Pusat Kebudayaan.

UGM lahir dari rahim para pejuang bangsa yang menetapkan bahwa univeritas ini adalah universitas yang mengemban tugas mengangkat martabat bangsa.

Dengan tetap berpijak pada niat dan semangat kejuangan untuk meneguhkan Pancasila sebagai titik pijak membangun ilmu dan peradaban Indonesia.

“Oleh karena itu, Pancasila tidak boleh dan tidak akan pernah surut dalam jiwa UGM di tengah terpaan tantangan di lingkungan global saat ini,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau