BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan MLDSPOT Content Hunt 2

Ruaya, Cerita Produk Lokal yang Dipamerkan sampai ke Luar Negeri

Kompas.com - 28/06/2018, 23:17 WIB
Sri Noviyanti,
Dimas Wahyu

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kotak speaker yang sedang mengeluarkan suara karena disinkronisasi dengan ponsel itu berbeda. Bukan karena suara yang dihasilkan, melainkan kotak sebesar kepal tangan orang dewasa tersebut berbahan kayu.

Warnanya tak banyak, hanya dicat dengan warna yang justru menguatkan bahan kayu dari produk tersebut. Kesannya klasik dan premium.

Dody Andri, pembuatnya, mengatakan bahwa ia memang ingin berinovasi menciptakan produk yang berbeda.

Ia lalu bercerita, speaker bahan kayu yang dia buat terinspirasi dari sebuah speaker yang ia lihat di sebuah pameran. Kala itu, speaker di pameran tersebut berbahan bambu.

“Setelah (dari pameran) itu saya berpikir, kenapa tidak bikin (speaker berbahan dasar) dari kayu?” ingatnya.

Setelah itu, ia menggerakkan perajin untuk membuat speaker kayu. Tak disangka, produk itu justru membawa nama Ruaya tak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia internasional.

“Pemasarannya sudah jauh. Di dalam negeri, label asal Yogyakarta ini sudah sampai Jakarta, Bandung, dan Bali. Kalau di luar negeri, pemasaran produk sudah sampai ikut pameran di Paris,” tambahnya lagi.

Filosofi Jawa

Pada dasarnya produk pertama Ruaya bukanlah speaker, melainkan jam tangan. Dody bercerita bahwa macam-macam produk yang dibuatnya berhubungan dengan inovasi. Produk, kata dia, butuh penyegaran agar terus dicari orang.

Berbicara soal nama, ia juga berujar bahwa Ruaya memiliki makna siklus perkembangbiakan ikan cakalang.

Dody Andri, pemilik Ruaya.MLDSpot Content Hunt Dody Andri, pemilik Ruaya.

“Ikan cakalang adalah (ikan) yang harus terus bergerak. Kalau tidak, saluran di dalam tubuhnya akan beku. Pilihannya, bergerak atau mati,” tuturnya.

Dalam pandangan dia, hal itu sama dengan filosofi orang Jawa, yakni "nek ora obah ora mamah" yang artinya "kalau tidak bekerja, maka seseorang tidak akan bisa makan".

“Saya kira, itu bagus diterapkan untuk etos sebuah produk,” katanya.

Bergerak dimaknai olehnya sama dengan harus terus berinovasi. Inovasi pun tak hanya sebatas rupa-rupa produk. Doddy juga memutar otak saat mencari kayu pengganti sebagai bahan dasar produknya.

Awalnya, ia pakai kayu sonokeling karena keindahan tekstur. Sayangnya, jenis itu agak susah didapat. Karenanya, ia mencari ganti.

“Saya cari yang teksturnya serupa, dapatlah kayu mindi,” ujarnya.

Kayu mindi banyak terdapat di Indonesia. Jenis kayu ini memiliki pola serat yang berbeda-beda pada tiap bagian sehingga dapat memberikan tekstur yang bagus untuk produk buatan Doddy. Sudah begitu, kayu ini tergolong ringan.

Produk tas berbahan dasar kayu dari Ruaya.MLDSpot Content Hunt Produk tas berbahan dasar kayu dari Ruaya.
Hingga kini, ia terus berinovasi dan bergerak seperti filosofi yang ia terapkan. Produknya pun terus bertambah. Belakangan, ia membuat buku, dompet, dan juga tas dari kayu.

”Tas dekat dengan keseharian (banyak orang),” tambah Dody yang mematok harga mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 900.000 untuk produk-produknya.

Cerita Doddy bisa saja menular dan menginspirasi, hingga membawa kesuksesan untuk orang lain. Karena itu pula, kisahnya masuk dalam laman MLDSpot kategori produk.

Tak perlu jadi Dody untuk bercerita dan menginspirasi. Anda juga bisa melakukannya dengan ikut dalam ajang MLDSpot Content Hunt Season 2. Ajang ini merupakan sebuah gerakan untuk mengajak anak muda Indonesia berbagi karya dan cerita inspiratif baik yang ada di dalam maupun luar negeri.

Silakan berbagi, pendaftaran paling lambat ditunggu hingga akhir Juni 2018.

Kalau kata Dody, kreativitas itu milik semua orang. “Seperti napas, tiap orang pasti punya. Nah, kuncinya bagaimana cara dia mengaplikasikan dan berusaha mewujudkannya,” tambah dia.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com