Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Jurusan SMK akan Mendapat Prioritas, Apa Saja?

Kompas.com - 16/08/2018, 21:31 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan merevitalisasi 350 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun 2019. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding tahun ini sebanyak 219 SMK.

Dilansir dari Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, program percepatan peningkatan kualitas tersebut akan menghabiskan dana sekitar 1 triliun rupiah.

Direktur Pembinaan SMK, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, M Bakrun mengatakan, kebutuhan dana tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan revitalisasi pada bidang infrastruktur antaralain membangun laboratorium, teaching factory, ruang kelas baru dan peralatan pendukung kegiatan praktik dan belajar.

Menurut Bakrun, setiap sekolah akan mendapat dana berbeda tergantung kebutuhan masing-masing.

1. Prioritas 5 jurusan

Ia mencontohkan, untuk merevitalisasi SMK jurusan animasi, biaya yang dibutuhkan sekitar 3-5 miliar rupiah, sedangkan jurusan kemaritiman tak kurang dari Rp 15 miliar.

Pemerintah memprioritaskan 5 jurusan yang akan direvitalisasi, yakni maritim, pariwisata, pertanian, industri kreatif dan teknologi. "Sesuai dengan program Nawacita presiden," jelas Bakrun di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu 15 Agustus 2018.

Kendati demikian, karena kesiapan fiskal negara yang terbatas, dana revitalisasi setiap SMK pada tahun depan tak akan mencapai puluhan miliar per sekolah. Bakrun mengaku masih menghitung besaran insentif yang akan digelontorkan kepada masing-masing SMK.

2. Belum sebanding dunia usaha

"Kami juga terus berusaha mengajak dunia usaha dan industri untuk mau membantu program ini. Saat ini, partisipasi dunia usaha dan industri yang konkret bantu seperti membangun laboratorium masih di bawah 10 persen dari total 13.900 SMK," katanya.

Baca juga: Pelajar SMK Diedukasi Teknologi Otomotif Terbaru di GIIAS

Bakrun menambahkan, revitalisasi tidak hanya berupa perbaikan sarana dan prasarana sekolah, tetapi juga membenahi kompetensi guru dan tenaga kependidikannya. Pasalnya, kualitas guru sangat menentukan tercapai atau tidaknya target peningkatan kompetensi lulusan SMK.

"Setiap tahunnya, SMK meluluskan 10.000 siswa. Jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri yang setiap tahun membutuhkan 70.000 lulusan SMK.

Dari 10.000 itu, yang tersertifikasi hanya 1.350 siswa. Tersertifikasi artinya kompetensinya memenuhi standar atau relevan dengan dunia usaha dan industri," kata Bakrun.

3. Gandeng ribuan industri

Program revitalisasi SMK menggandeng sebanyak 3.574 industri. Terutama industri yang bergerak pada bidang otomotif, pariwisata, industri kreatif dan kemaritiman. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, peta jalan revitalisasi SMK mendorong terjadinya hubungan yang baik antara dunia pendidikan dan industri.

"Tujuh persen kurikulum SMK itu yang menentukan industri. SMK harus punya hubungan kerja sama yang erat dengan industri. Sampai dengan 2017, kami telah melatih 12.740 guru agar menjadi guru produktif, merekrut 15.000 guru Program Keahlian Ganda," ucap Muhadjir.

Ia menuturkan, kurikulum SMK diselaraskan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Menurut dia, pemerintah akan terus menjaring industri yang relevan dengan program revitalisasi. Pasalnya, saat ini, serapan lulusan SMK terhadap dunia industri terus meningkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com