KOMPAS.com – Indonesia tengah gencar meratakan distribusi listrik hingga pelosok negeri. Namun sayangnya, hal itu belum berbanding lurus dengan jumlah sumber daya kelistrikan yang memadai.
Demikian diungkapkan Ahmad Dahlan, Kepala Bidang Program dan Informasi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK BMTI) pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Adapun Ahmad berbicara dalam wawancara terbatas dengan media di sela-sela Innovation Summit 2018 Schneider Electric, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Ahmad, minimnya minat masyarakat terhadap kelistrikan menjadi tantangan tersendiri dalam mendongkrak kualitas listrik Tanah Air.
Kondisi itu sebagaimana tercermin pada data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada 2017, jumlah siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan kelistrikan se-Indonesia sebanyak 991 orang.
Angka itu kalah jauh dibandingkan misalnya, jurusan otomotif dengan 4.001 orang atau bahkan jurusan teknik komputer dan informatika sebanyak 5.522 orang.
“Jurusan kelistrikan kalah menarik dibandingkan bidang lain yang lebih populer di masyarakat, utamanya otomotif maupun komputer,” ungkap Ahmad.
Ia melanjutkan, terbatasnya lulusan SMK bidang kelistrikan tak selaras dengan kebutuhan tenaga kerja untuk infrastruktur listrik.
“Padahal, setiap pembangunan 1 MW pembangkit listrik, butuh paling tidak 6 tenaga kerja. Jelas, masih sangat kurang antara supply dan demand tenaga kelistrikan,” ucapnya.
Baca juga: Era Digital, Jangan Sampai Listrik Hanya Sekadar Impian
Karena itulah, lanjut Ahmad, pemerintah terus berupaya menggenjot ketertarikan masyarakat terhadap dunia kelistrikan.
Caranya, imbuh dia, antara lain dengan mengubah citra listrik agar lebih membumi.
“Selama ini, ada kesan bidang kelistrikan itu abstrak, sulit, bahkan menyeramkan. Itu sedang kami upayakan untuk diubah,” kata Ahmad.
Peran swasta
Direktur Sumber Daya Manusia Schneider Electric Indonesia Indah Prihardini menambahkan, terbatasnya tenaga kerja lulusan kelistrikan juga menjadi tantangan bagi sektor swasta, seperti Schneider Electric.
“Kami turut mencermati bahwa jurusan kelistrikan tak begitu menarik di masyarakat,” ucap wanita yang biasa disapa Dini itu.
Mengacu data World Economic Forum, per 2016, jumlah lulusan kelistrikan dan ilmu terkait di China mencapai 4,7 juta orang. Sementara itu, di Indonesia hanya berkisar 206.000 orang.
Menurut Dini, pihak perusahaan telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia serta Perancis dalam mendukung vokasi bidang kelistrikan.
“Kami memiliki sedikitnya 184 lab vokasi dan ditargetkan beberapa tahun ke depan bisa melahirkan 10.000 tenaga kerja kelistrikan siap pakai,” tuntas Dini.