Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia, Rumus 5C untuk Para Santri Milenial

Kompas.com - 22/10/2018, 18:10 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, melakukan kunjungan kerja ke 3 pondok pesantren (ponpes) di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Ponpes yang mendapat kunjungan Mendikbud yakni Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah, Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah, dan Pondok Pesantren Al-Islah Sendang Agung.

Di hadapan santri, alumni, guru, ustadz, dan pimpinan ponpes, Mendikbud mengajak santri untuk menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0.

Santri harus lebih siap dan terbuka untuk menghadapi tantangan,” disampaikan Mendikbud di Ponpes Karangasem Muhammadiyah, Lamongan, Minggu (21/10/2018).

Rumus 5C santri

Selain itu, Mendikbud juga berpesan agar para santri memperhatikan rumus 5C: critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatifitas), communication skill (kemampuan komunikasi), collaboration (kerja sama) dan confidence (percaya diri).

Meski dalam tradisi pesantren dikenal ketat dengan pelajaran teks agama, Mendikbud berharap santri diajak berpikir kritis melihat dunia luar. “Ilmu itu harus digali secara lebih luas dan mendalam, sesuai konteks, tetapi harus tetap kuat memegang akidah,” pesannya. 

Baca juga: Resolusi Jihad, Makna di Balik Penetapan Hari Santri Nasional

Di sisi lain, kreativitas juga harus ditunjukkan sepanjang waktu dengan cara membuat terobosan dan menemukan sesuatu baru.

“Di Muhammadiyah tradisi kreatif sudah dimulai sejak K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), yakni dengan membuat sistem pendidikan modern pada zamannya. Oleh karena itu, santri tidak kreatif akan ditinggalkan zaman,” ujar Mendikbud.

Di samping berpikir kritis dan kreatif, Mendikbud menambahkan santri juga harus memiliki jaringan luas dan mampu berkolaborasi, serta memiliki keterampilan menulis dan berbicara dihadapan publik. “Seseorang tidak akan kelihatan cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik,” katanya.

“Untuk itu, keterampilan komunikasi dan kepercayaan diri juga sangat penting,” lanjutnya.

Menjaga negara Indonesia

Dalam kesempatan ini, Mendikbud juga menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo untuk senantiasa menjaga negara yang sangat besar ini. Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan sangat luas seperti daratan Eropa dengan ratusan suku dan ribuan pulau.

Tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu, lanjut Mendikbud, telah merintis nilai-nilai kebangsaan yang sangat kuat, seperti Jenderal Sudirman yang mendirikan TNI, Ki Bagus Hadikusumo perintis kemerdekaan dan perumus UUD 1945, dan Ir. H. Juanda yang memperjuangkan wilayah laut sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Sebagai penerus kemerdekaan tidak mungkin Muhammadiyah mengkhianati apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulunya,” ungkap Mendikbud. Oleh karena itu, bagi Muhammadiyah, NKRI adalah negara yang sudah final sebagai hasil kesepakatan.

Bantuan TIK 

Selain melakukan peninjauan di tiga pesantren tersebut, Mendikbud juga menyerahkan bantuan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Bantuan terebut berupa komputer kepada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Karangasem, SMP Muhammadiyah Modern, SMP Muhammadiyah 12 Al Islah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Karangasem, masing-masing sebanyak 20 unit.

Perangkat TIK ini dapat digunakan sebagai pusat sumber belajar (PSB) bagi peserta didik dan tenaga pendidik di sekolah. Pengasuh Ponpes Karangasem, K.H. Hakam Mubarrok, mengatakan kehadiran Mendikbud ke ponpes yang diasuhnya menurutnya sangat strategis untuk memotivasi santrinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com