Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjawab Tantangan Pengembangan Riset dan Penelitian Tanah Air (2)

Kompas.com - 20/02/2019, 09:45 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Belum lama ini media sosial ramai membicarakan kicauan Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak Achmad Zaky yang menyinggung soal dana research and development Indonesia yang dinilainya tertinggal dari negara lain.

Dalam twitnya, Zaky menulis: "Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. US 511B 2. China 451 B 3. Jepang 165B 4. Jerman 118B 5. Korea 91B 11. Taiwan 33B 14. Australia 23B 24 Malaysia 10B 25. Spore 10B 43. Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin".

Sontak twit ini menjadi bahan pembicaraan di media sosial Twitter pada Kamis (14/2/2019). Bagaimana sebenarnya prestasi perkembangan riset dan penelitian Indonesia?

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada acara "Bedah Kinerja 2018 dan Fokus Kinerja 2019" yang mengangkat tema "Penyiapan SDM Milenial Indonesia Kreatif, Inovatif dan Berdaya Saing Tinggi" (28/1/2019) menyinggung setidaknya 6 aspek terkait perkembangan riset dan penelitian di Indonesia:

4. Start-up dan prototipe inovatif

Bagi kalangan milenial yang memiliki ide dan inovasi untuk diterapkan ke dunia bisnis, Kemenristekdikti akan memberikan insentif dalam bentuk bimbingan (inkubasi) dan dana.

Baca juga: Jokowi Ingin Unicorn Bertambah, Menkeu Siapkan Dana Abadi Riset

Anggaran untuk Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) atau start-up teknologi meningkat hampir 100 persen dari sebelumnya 62 miliar Rupiah untuk 105 tenants menjadi 295 miliar rupiah untuk 295 tenants .

Selain memberikan peningkatan anggaran untuk start-up teknologi, untuk hasil penelitian yang dihilirisasi menjadi prototipe industri, Kemenristekdikti meningkatkan anggaran dari 51 miliar rupiah untuk 25 prototipe pada 2018 menjadi 75 miliar rupiah untuk 73 prototipe pada 2019.

5. Produk hasil riset inovatif

Menristekdikti menunjukkan beberapa produk hasil riset dari perguruan tinggi yang siap dipasarkan, salah satunya motor listrik Gesit diproduksi PT Wijaya Manufakturing (WIMA), perusahaan konsorsium PT Gesits Technologies Indo (GTI) dengan anak perusahaan BUMN PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi.

Selama pengembangannya, Gesits yang dirancang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Pusat Unggulan Iptek Sistem Kontrol Otomotif (PUI SKO) ITS dan mendapat bimbingan dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti.

Selain motor listrik Gesits, Nasir juga menampilkan inovasi bahan bakar berbasis minyak sawit yang disebut green fuel. Green fuel ini adalah produk olahan palm oil atau minyak sawit dengan bahan bakar fosil. Inovasi ini dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, Fakultas Teknologi Industri ITB.

6. Skema pendanaan riset

Mulai tahun 2019 akan diterapkan skema pendanaan penelitian yang lebih baik dan sederhana. Sebelumnya dana penelitian diback-up APBN 84 persen dan swasta 16 persen.

Kini Kemenristekdikti punya skema baru bernama Indoman Fund. Tahun 2019 nanti, Kemenristekdikti mendapat dana penelitian mencapai Rp 1 triliun dan sudah disepakati pemerintah dan DPR.

Dengan demikian, akan ada sumber penelitian yang penggunaannya lebih sederhana karena yang dipakai hanya bunganya dan besaran akan bertambah secara bertahap. Selain itu juga ada sumber dana lain dalam bentuk kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri.

Ada lebih dari 100 perguruan tinggi di Indonesia yang telah bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Inggris, Amerika, Jepang, Australia, Jerman dan sebagainya.

Lebih lanjut, dalam tiga tahun terakhir, sudah ada sekitar 62.000 hasil penelitian yang didanai pemerintah, hasilnya seperti pesawat N129, Gesit, Konverter Kit, alat membuat bakso, hingga Sulis (susu listrik) yang sudah diterapkan banyak produsen susu di berbagai daerah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com