Siapkah Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0?

Kompas.com - 17/03/2019, 21:01 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Memasuki era Revolusi Industri 4.0, apakah Indonesia siap menghadapinya era tersebut?

Pertanyaan mendasar tersebut menjadi topik utama yang mengemuka dalam seminar “Making Indonesia 4.0, Siapkah Kita?” yang digelar alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan ’94 bertempat di Aula Gedung CRCS, Kampus ITB, Bandung (9/3/2019) lalu.

Acara ini yang dihadiri lebih dari 250 peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, alumni, praktisi dan perwakilan pemerintah provinsi merupakan rangkaian perayaan 25 tahun alumni ITB angkatan ’94. 

Keterbatasan SDM

Pembicara pertama Dedi Iswanto, alumni angkatan’94 dan Solution Architect Emerging Technology IBM memaparkan bagaimana otomatisasi digital telah mengubah bagaimana bisnis beroperasi.
 
Perusahaan dan industri sudah sadar akan pentingnya perkembangan industri 4.0 tetapi belum melakukan apapun terkait hal tersebut. 
 
 
“Penghambat utama merupakan kemampuan dan jumlah dari sumber daya manusia yang ada. Selain hal tersebut, hambatan datang dari strategi dan eksekusi rencana, rendahnya kepercayaan mengenai hasil sebagai keluaran artificial intelligence (AI), dan juga mengenai privasi dan keamanan,” ujarnya Dedi Iswanto dikutip dari laman resmi ITB.
 
Takwa Fuadi, alumni angkatan ’94 dan pendiri Imani Prima menekankan Indonesia tidak ketinggalan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi Internet of Things (IoT) sendiri.
 
Namun yang diperlukan Indonesia adalah pembangunan industri yang memanfaatkan IoT. “Hal ini dapat terwujud selama jiwa nasionalisme dan pengabdian masyarakat selalu dipegang,” katanya.
 
Hal senada disampaikan Prof Brian Yuliarto Guru Besar Teknik Fisika. Ia menyampaikan pada tahun 2025 diprediksi akan ada 50 miliar alat membutuhkan sensor. Dilihat dari prediksi tren yang ada, maka harga sensor akan menurun meskipun tidak serta-merta.
 
Hal ini dikarenakan semakin banyak orang akan memproduksi dan meningkatkan kualitas sensor. Untuk itu ia menekankan bahwa era disruptif ini menjadi peluang untuk secara cepat menjadi pendiri dan konglomerat karena kesempatannya ada tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.

Kolaborasi dan kerja keras

Pembicara terakhir adalah Andi Kristianto, angkatan’94 dan VP Corporate Planning Telkomsel, menceritakan mengenai program Telkomsel Innovation Center (TINC) yang menyokong perkembangan IoT di Indonesia.

Dalam pengembangan IoT, dibutuhkan kolaborasi secara horizontal dan masif. Industri, universitas, dan pemerintah adalah pihak-pihak yang akan saling berkolaborasi, memberikan dukungan, dan juga melakukan validasi untuk memberikan solusi digital baru untuk memenangkan pasar.

Hal ini didukung dengan fakta bahwa pemerintah sudah mendukung hal ini dengan memberikan hibah untuk bagian research and development, serta adanya kesadaran industri untuk bekerja sama dengan universitas.

“Jika dapat disimpulkan dari diskusi hari ini, saya belum bisa mengatakan apakah Indonesia siap menghadapi revolusi industri 4.0. Tetapi satu hal yang pasti adalah, hal ini akan terjadi dan kita harus menghadapinya. Untuk itu diperlukan kolaborasi, kerja keras, dan tidak lupa semangat nasionalisme,” tutup Titah Yudhistira dosen Teknik Industri selaku moderator dalam diskusi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Edu
Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Edu
Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Edu
Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Edu
Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Edu
Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Edu
Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Edu
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Edu
Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Edu
Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang 'Hadir' di Masyarakat

Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang "Hadir" di Masyarakat

Edu
39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

Edu
8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

Edu
Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Edu
Beasiswa S2-S3 ke Irlandia, Kuliah Gratis dan Dapat Tunjangan Rp 170 Juta

Beasiswa S2-S3 ke Irlandia, Kuliah Gratis dan Dapat Tunjangan Rp 170 Juta

Edu
FSGI Kecam Pemecatan Vokalis Band Sukatani Novi Dipecat Sebagai Guru

FSGI Kecam Pemecatan Vokalis Band Sukatani Novi Dipecat Sebagai Guru

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau