Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seminar PSKP UGM Ulas Isu Ancaman Ekstremisme Agama di Indonesia

Kompas.com - 28/03/2019, 14:15 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com — Kekerasan berbasis ekstremisme agama masih menjadi ancaman nyata di sejumlah negara, termasuk di antaranya di Kenya, Nigeria, dan Indonesia.

Isu ini menjadi pokok ulasan dalam seminar bertajuk “Securing the Local: the Role of Non-State Security Groups (NSSGs) in Combating Against Violent-Extremism in Kenya, Nigeria and Indonesia” yang diselenggarakan di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta (26/3/2019).

Seminar ini diselenggarakan Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM bekerja sama dengan Amsterdam Institute for Social Science Research (AISSR) Universiteit van Amsterdam (UvA) sebagai upaya memahami aktivitas tersebut dalam kaitan dengan peran aktor negara dan non-negara di berbagai tingkatan berbeda.

Masih jadi soal

“Sampai hari ini ekstremisme masih menjadi persoalan yang mengkhawatirkan. Konfliknya bahkan menjadi lebih rumit dalam berbagai aspek,” tutur Laurens Bakker, peneliti University of Amsterdam, seperti di lansir dari laman resmi UGM.

Baca juga: Kampus Tempat Pemajuan Bangsa, Bukan Tempat Radikalisme

Sesi pertama Laurens mengangkat tema “Research Framework and Overview” dan memaparkan hasil dari proyek penelitian yang dilakukan sebagai sebuah eksplorasi komparatif multilevel dan multisided terhadap peran yang dimainkan oleh kelompok keamanan non-negara di Indonesia, Nigeria, dan Kenya, terutama dalam konteks ekstremisme agama.

“Kelompok ekstremis ini menampilkan diri sebagai pihak yang melakukan kebaikan, menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap masyarakat,” katanya.

Selain itu, penelitian ini juga menemukan popularitas kelompok ekstremis biasanya terbatas pada area atau kelompok etnis tertentu, tidak mencakup masyarakat lebih luas di sebuah negara.

Terkait prinsip

Peneliti lain dari University of Amsterdam, Karim, memaparkan penelitian yang secara spesifik membahas sekuritisasi oleh dua kelompok, yaitu Banser dan Jamaah Maiyah, dalam riset berjudul “Santri’s violent and nonviolent securitization way in combatting violent- extremism: The case of GP Ansor and Jamaah Maiyah”.

“Saya melihat bahwa orang-orang bergabung pada kelompok-kelompok ini untuk alasan yang beraneka macam,” ujarnya.

Karim membandingkan berbagai narasi dari kedua kelompok tersebut, di antaranya berkaitan dengan prinsip utama yang dianut, sikap terhadap nilai Jihad, referensi gerakan, abstraksi intelektual, dan prinsip nasionalisme.

“Susunan keamanan Banser melalui sistem paramiliter dan pendekatan baru Jamaah Maiyah dan imajinasi formulasi keamanan parastate hanyalah dua contoh di antara banyak kelompok yang juga mengeksplorasi dimensi yang berbeda dari keamanan di dalam lingkup Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.

Selain kedua peneliti tersebut, seminar ini juga menghadirkan peneliti dari sejumlah lembaga serta perguruan tinggi, di antaranya Dete Alijah (Yayasan Prasasti Perdamaian) dan Najib Azca (peneliti UGM).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com