Kemah Budaya Kaum Muda 2019 Ditutup, Purwarupa Potensial Akan Dipamerkan

Kompas.com - 27/07/2019, 09:32 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Penutupan Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2019 telah dilakukan pada Rabu (24/7/2019) di Bumi Perkemahan Candi Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan itu diikuti oleh 561 peserta yang tergabung dalam 132 kelompok dari 28 provinsi di Indonesia.

Dalam KBKM 2019, terdapat empat kelompok mewakili ide besar yang diharapkan dapat diwujudkan sebagai solusi atas tantangan dalam pemajuan kebudayaan, yaitu Purwarupa Aplikasi (46 kelompok), Purwarupa Fisik (31 kelompok), Aktivasi Kajian (25 kelompok), dan Aktivasi Kegiatan (31 kelompok).

KBKM 2019 dimulai dengan kegiatan Kelas Paralel terdari dari 35 kelas. Setiap kelas paralel didampingi satu orang fasilitator. Para peserta mendapatkan masukan dan pengembangan dalam mempresentasikan ide mereka kepada khalayak selama mengikuti sesi ini.

Mereka pun dituntun para fasilitator untuk menyampaikan ide mereka dengan cara berbeda dengan peserta lain.

Baca juga: Janji Jokowi soal Dana Abadi Kebudayaan Diharapkan Jadi Pendukung Kegiatan Komunitas Seni

Imajinasi dan ilmu pengetahuan

“Peserta yang hadir telah mengikuti seluruh aktivitas dengan antusias dan bahagia. Kebahagiaan yang didapat, pengalaman, hingga pengetahuan yang didapatkan harus diimplementasikan di daerahnya masing-masing,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Sri Hartini dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (25/7/2019).

Guna memberi inspirasi kepada peserta untuk mengembangkan ide, sore sampai malam harinya diadakan Forum Inspirasi oleh Irendra Radjawali (Akademi Drone Indonesia), Ananda Sukarlan (pianis dan komposer), serta Biyanto Rebin dari Wikimedia.

Forum ini mengajak para peserta mengeksplorasi lebih jauh kearifan lokal di daerahnya masing-masing untuk bisa dikembangkan dan menjadi kontribusi dari Indonesia kepada dunia.

Pada hari ketiga KBKM, Budiman Sudjatmiko memberikan kuliah umum kepada para peserta tentang STEAM dan Pemajuan Kebudayaan. Dia mengatakan, untuk menggapai masa depan diperlukan imajinasi dan ilmu pengetahuan yang bisa dikemas dengan menggunakan kearifan-kearifan lokal.

Budiman pun menuturkan membangun jejaring diperlukan agar dapat memberikan manfaat besar.

Kerja keras jadi kekuatan

Kemudian, pada KBKM hari keempat dilakukan penilaian terhadap ide-ide para peserta yang menjadi kegiatan utama. Hari sebelumnya telah dilakukan penjurian terhadap 66 kelompok, dan pada hari keempat ini penjurian terhadap kelompok yang belum melakukan presentasi.

“Dewan juri menghadapi kesulitan untuk menentukan juara yang terpilih karena para peserta merupakan orang-orang yang terpilih. Ada 3 juara dari 4 kategori, berhadiah uang pembinaan sebagai modal dalam realisasi gagasan mereka dalam pemajuan kebudayaan,” imbuh Sri Hartini.

Kelompok yang sudah melakukan presentasi diajak untuk mengikuti “Historical Trail,” atau mengeksplorasi Kompleks Candi Prambanan dengan didampingi tim edukator untuk mengenal lebih jauh mengenai candi, sejarah, hingga berbagai tindakan penyelematan benda cagar budaya yang dilakukan oleh Ditjen Kebudayaan.

Penilaian dilakukan dewan juri mengacu sejumlah kriteria yaitu gagasan kelompok menjawab tantangan pemajuan kebudayaan secara aktif, kapasitas teknis yang dimiliki kelompok itu untuk mewujudkan gagasan, kelompok dapat mempresentasikan gagasannya secara jelas dan memikat, serta hasil evaluasi dari fasilitator kelompok selama KBKM 2019.

“Bukan kebetulan kalau kita selenggarakan di tempat terbuka karena langit adalah batas imajinasi. Imajinasi ini dapat diwujudkan dengan kerja keras. Kalau kita enggak menyertai mimpi kita tanpa kerja keras akan kandas. Ini harus diasah agar menjadi kekuatan,” ucap Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid.

Strategi pemajuan kebudayaan

Pengumuman pemenang dilakukan pada acara penutupan KBKM 2019 di Taman Siwa, Kompleks Candi Prambanan. Tiga pemenang yang dipilih terdiri dari kategori Purwarupa Aplikasi, Purwarupa Fisik, Aktivasi Kegiatan, dan Aktivasi Kajian.

“Gunakan sebaik mungkin kesempatan untuk bertemu ini. Negara ini begitu luas. Enggak ada cara lain untuk bisa tumbuh sebagai satu kesatuan adalah dengan saling mengerti. Besar harapan saya KBKM menjadi bibit untuk saling mengerti. Apa pupuknya? Yakni kebudayaan,” kata Hilmar.

Setelah KBKM, purwarupa-purwarupa yang potensial akan difasilitasi untuk dikembangkan menjadi purwarupa versi beta dan akan dipamerkan pada acara puncak Pekan Kebudayaan Nasional 2019.

Acara itu merupakan implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2019, yaitu menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif.

Kegiatan ini merupakan serangkaian aktivitas berjenjang dari desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi, dan pergelaran karya budaya yang bertujuan membuka ruang interaksi budaya dalam rangka pelestarian budaya Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau