KOMPAS.com - Data Commercial Service Amerika Serikat (AS) memperkirakan lebih dari 69.000 mahasiswa Indonesia tengah menempuh pendidikan di luar negeri pada tahun 2018/19 dan 9.130 di antaranya berkuliah di AS.
Hal ini sejalan dengan penelitian "International Education" yang dilakukan HSBC Group (HSBC) dengan responden global dan dipaparkan dalam konferensi pers di Jakarta (18/9/2019) bertajuk "The Power to Write Their Success Story: Pass It On with HSBC Premier Next Gen".
Survei global HSBC ini melibatkan responden dengan retang usia 17-29 tahun dari berbagai negara, di antaranya; Australia, China, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Malaysia, Singapura, Taiwan, Inggris dan Amerika Serikat.
Dari hasil survei diperoleh temuan generasi saat ini selalu tertantang untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, melampaui batas-batas negara.
“Ambisi untuk mengoptimalkan potensi dan kompetensi agar terus kompetitif telah mendorong generasi borderless saat ini untuk mendapat pendidikan terbaik di manapun," ujar Fransisca Kallista Arnan, Head of Marketing Retail Banking & Wealth Management, PT Bank HSBC Indonesia.
Hasil survei pendidikan global HSBC menunjukan setidaknya ada 7 alasan kuat mengapa generasi baru ini memilih luar negeri sebagai pilihan dalam melanjutkan studi:
Baca juga: INFOGRAFIK: 6 Universitas Terbaik Indonesia di Peringkat Dunia
Hal menarik, dari survei ini juga menunjukan bahwa generasi sekarang sangat memahami manfaat atas pilihan mereka melanjutkan studi ke luar negeri, di antaranya:
Namun lebih jauh Fransiska menjelaskan, aspirasi tersebut bisa saja terkendala faktor-faktor eksternal hingga tujuan pendidikan tidak tercapai maksimal. "Seperti persoalan pengelolaan keuangan untuk pembiayaan anak selama berada di luar negeri,” ujar Fransisika menyontohkan.
Selain dihadapkan pada tantangan untuk mampu mengelola keuangan dengan cermat dan pintar, para pelajar atas pertimbangan-pertimbangan tertentu juga sering terkendala sulitnya mendapatkan persetujuan dari bank di negara tempat pelajar menempuh pendidikan untuk memperoleh layanan perbankan seperti kartu kredit, pinjaman dan lain-lain.
“Bisa dibayangkan betapa repot dan tidak nyamannya orang tua pada saat anak membutuhkan dana secara mendesak, namun pengurusan layanan perbankan belum terselesaikan secara tuntas. Selain itu, penelitian HSBC menunjukkan bahwa selulusnya kuliah, anak-anak ini kini telah memiliki ambisi baru untuk memiliki rumah, mobil dan lain-lain. Ini pun memerlukan dukungan agar mereka bisa meraihnya,” ujar Fransisca.
Perhatian khusus masalah finansial anak ini juga disampaikan Edhi Tjahja yang sempat membagikan pengalaman sebagai orangtua dalam konferensi pers tersebut.
"Sebenarnya kalau untuk pemilihan studi, saya sebagai orangtua tidak terlalu ikut campur. Saya serahkan ke anak-anak. Tujuannya memberikan mereka kemandirian," ujar Edhi.
Lebih jauh Edhi menambahkan, "Namun kita kuatir juga, soalnya khan biasanya anak-anak ini di dekat dari kita. Saat dia jauh dari kita, kita sebagai orangtua kan tentu pastinya akan kuatir," cerita Edhi.
Menghadapi hal itu, langkah yang dapat dilakukan orangtua menurut Edhi adalah memberikan kemudahan akses perbankan kepada anak. "Setidaknya anak-anak ada akses untuk bertahan hidup atau bila terjadi hal yang tidak diinginkan. Memberikan rasa ketenangan ketika mereka jauh dari Tanah Air," jelas Edhi.
Dewi Tuegeh, Head of Customer Value Management, Bank HSBC Indonesia menjelaskan HSBC Indonesia memperkenalkan layanan baru "Premier Next Gen", layanan bagi putra-putri nasabah HSBC Premier berusia 18 hingga 28 tahun.
“Putra-putri nasabah HSBC Premier berhak mendapatkan layanan yang dinikmati orang tuanya. Dengan keunggulan yang dimiliki diharapkan beragam potensi kendala dalam meraih ambisi generasi borderless ini akan dapat diantisipasi,” tutup Dewi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.