Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bahagia Warga Pelosok Riau Kini Punya "Sekolah Satu Atap"

Kompas.com - 23/09/2019, 12:33 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Raut haru bercampur bahagia terlihat di wajah warga Kampung Segeram, Desa Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, saat bertemu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.

Kehadiran Mendikbud bersama rombongan di tengah-tengah perkampungan itu bisa dikatakan mendadak. Warga kampung pun menyambut dengan antusias dan mengantar rombongan Mendikbud menuju Sekolah Menengah Pertama (SMP) 03 Satu Atap (Satap) Bunguran Barat menggunakan sepeda motor.

Salah satu ungkapan bahagia muncul dari Faisal, Ketua RW Kampung Segeram sembari menyampaikan rasa terima kasih kepada Mendikbud yang hadir di desa tersebut.

“Tentunya ini membangun inspirasi kami karena selama ini tidak pernah didatangi menteri. Baru kali ini menteri turun ke Kampung Segeram,” ujar Faisal dalam keterangan tertulis, Jumat (20/9/2019).

Baca juga: Menguatkan Digitalisasi Sekolah di Natuna, Daerah Terluar Indonesia

Dia mengatakan, sebelum tahun 2018, puluhan orang tua terpaksa pindah rumah ke pulau seberang, yaitu Pulau Sedanau, karena anak-anak mereka sudah lulus sekolah dasar (SD) dan harus melanjutkan pendidikannya ke SMP.

Dengan kehadiran SMP Satu Atap di Kampung Segeram, anak-anak bisa melanjutkan sekolah di kampungnya sendiri tanpa harus pindah ke Pulau Sedanau.

“Dulunya masyarakat kami, anak-anak lulus SD, orang tuanya harus pindah karena demi menyekolahkan anaknya. Mudah-mudahan dengan adanya SMP Satu Atap ini, orang-orang bisa bertahan, dan tidak pindah rumah,” ucap Faisal.

Jadi pusat kegiatan belajar

Mendikbud Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Kampung Segeram, Desa Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (19/9/2019).BKLM Kemendikbud Mendikbud Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Kampung Segeram, Desa Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (19/9/2019).

Dia menambahkan, demikian halnya dengan infrastruktur, meskipun kampungnya berada satu daratan dengan Pulau Natuna Besar, tetapi akses jalan dari kecamatan terdekat, yaitu Klari, dalam kondisi rusak.

“Kami titip kepada Bapak Presiden, jalan penghubung antara Segeram dan Klari mohon diperbaiki, karena itu jalan sudah sangat rusak,” imbuhnya.

Sama halnya dengan cerita Faisal, Kepala Sekolah SD 010 Segeram dan SMP 03 Satu Atap, Supriatno, mengungkapkan, sebelum ada SMP, siswa harus naik perahu ke Pulau Sedanau yang berjarak 45 menit perjalanan dari Kampung Segeram.

“Cuma 45 menit dari sini ke Sedanau. Mereka menetap di sana. Orang-orang sini ke luar ke sana. Ada keluarga di sana. Kalau ke Sedanau, naik pompom. Sekarang ada SMP di sini tidak perlu menyeberang,” tutur Supriatno.

Baca juga: Digitalisasi Sekolah, 38 Sekolah di Natuna Akan Diberi Tablet

Merespons hal itu, Mendikbud meminta kepada masyarakat agar memanfaatkan ruang kelas di SMP baru tersebut sebagai pusat kegiatan belajar.

Tidak hanya anak-anak, para orang dewasa yang putus sekolah pun diimbau ikut belajar dan melanjutkan ke pendidikan kesetaraan Paket A bagi yang belum lulus SD, Paket B bagi yang belum lulus SMP, dan Paket C bagi yang belum lulus SMA.

“Jadi anak-anak yang lulus SMP bisa membantu orang tuanya bekerja di laut, tapi sorenya belajar untuk masuk SMA, di mana? Di sini juga. Makanya kalau bisa sekolah ini dari pagi sampai malam untuk kegiatan belajar,” ucap Muhadjir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com