Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendikbud: Jangan Sampai Batik Diambil Alih Negara Lain

Kompas.com - 04/10/2019, 12:20 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengungkapkan rasa bangga atas batik Indonesia yang saat ini sudah menjadi warisan budaya dunia atau World Heritage Culture.

Hal ini disampaikan Mendikbud pada peringatan Dasawarsa Batik sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO di halaman kantor Kemendikbud, Rabu (2/10/2019).

“Generasi muda Indonesia harus berbangga dengan peninggalan leluhur yang luar biasa ini. Menjadi tugas kita untuk melestarikan, mengembangkan, dan menanamkan rasa bangga berbusana batik. Jangan sampai nanti batik kekayaan bangsa kita justru negara lain yang ambil alih," ucap Mendikbud Muhadjir Effendy dalam keterangan resminya.

Menurut dia, masa depan perekonomian dunia akan ditentukan oleh industri kreatif karena bersifat eksklusif dan tidak diproduksi secara berulang sehingga menjadi andalan kita ke depan.

“(Negara) kita sangat kaya dengan sumber dasar (industri kreatif), yaitu budaya kita,” imbuh Muhadjir.

Mendukung batik

Dia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia agar terus memberikan dukungan terhadap produksi batik dalam negeri yang mempunyai filosofi tersendiri dalam pembuatannya.

Baca juga: ‘Eksotika Batik Madura’ di Acara Pesona Batik Wastra Nusantara

“Terutama adalah batik yang ditulis, bukan batik yang dicetak. Untuk yang dicetak itu namanya motif batik, kita harus bisa membedakan. Setiap batik harus beda dengan yang lain karena itu adalah kerajinan tangan,” jelasnya.

Untuk diketahui, filosofi nilai luhur batik merupakan pusaka bangsa Indonesia yang turun-temurun. Saat ini batik telah menjadi salah satu budaya pemersatu pendukung falsafah negara Bhinneka Tunggal Ika untuk menciptakan perdamaian di tengah-tengah pluralitas bangsa Indonesia.

Batik merupakan perwujudan produk Indonesia yang mengusung nilai-nilai perdamaian di tengah-tengah pluralitas masyarakat dunia.

Melesatkan batik

Peringatan Dasawarsa Batik sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO di halaman kantor Kemendikbud, Rabu (2/10/2019).Dok. Kemendikbud Peringatan Dasawarsa Batik sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO di halaman kantor Kemendikbud, Rabu (2/10/2019).

Mendikbud berpesan bahwa dalam 10 tahun pengakuan UNESCO untuk batik Indonesia, negara kita harus terus maju.

“Indonesia melesatkan batik, Indonesia memandirikan batik di masyarakat, Indonesia memperkuat perdamaian dan menjadikan batik sebagai nation branding of Indonesia,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Nadjamuddin Ramly, menuturkan, perayaan satu dasawarsa batik dikemas dalam bentuk drama musikal.

“Itu dilakukan supaya pesan moral yang ingin disampaikan kepada generasi muda lebih mengena. Drama ini menjelaskan bagaimana kondisi batik saat ini," ungkap Nadjamuddin.

Dia mengharapkan peringatan Dasawarsa Batik sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO dapat menggugah kesadaran masyarakat agar lebih mencintai batik Indonesia di tengah semakin maraknya penjualan batik cap yang diproduksi di luar negeri.

“Persaingan ekonomi di mana banyaknya batik cap atau di-print yang masuk dari luar negeri juga berakibat pada menurunnya penjualan batik cap dan batik tulis buatan lokal di pasaran dalam negeri. Semoga apa yang kita suguhkan malam ini dapat menggugah kesadaran kita untuk lebih mencintai batik Indonesia,” ujar Nadjamuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com