KOMPAS.com - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan, salah satu agenda pembangunan Presiden Jokowi adalah menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
“Prioritas pembangunan manusia yang unggul menjadi perhatian presiden,” kata Syarif, seperti dalam keterangan tertulisnya, saat Peer Learning Meeting nasional Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di Surabaya, Selasa (3/12/2019).
Salah satu upaya yang dilakukan Perpusnas untuk mencapai agenda tersebut adalah program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dan literasi.
Dalam program tersebut, perpustakaan dibuat lebih nyaman, diberi koneksi internet cepat, dan disediakan koleksi yang tepat guna.
Baca juga: Pemerintah Jangan Lengah Siapkan SDM Unggul di Era Ekonomi Digital
Syarif menyatakan, transformasi perpustakaan telah berhasil mengubah wajah perpustakaan. Hingga 2019, terdapat 334 perpustakaan desa dan kelurahan yang merasakan dampak positif paradigma baru perpustakaan.
Bahkan di banyak daerah, perpustakaan telah menjadi motor penggerak ragam aktivitas masyarakat.
Hal tersebut terwujud karena komitmen, sinergitas, dan kolaborasi banyak pihak.
Transformasi perpustakaan juga berguna dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang mengedepankan teknologi. Pada revolusi industri 4.0, dibutuhkan penguasaan literasi yang tinggi.
Literasi sendiri memiliki empat tahapan, antara lain kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan, kemampuan memaknai yang tersirat dan tersurat, kemampuan menghasilkan ide, gagasan, dan kreativitas baru, serta kemampuan menciptakan barang dan jasa.
Lebih lanjut Syarif mengatakan, saat ini keadaan industri Indonesia masih sebatas home industry. Hal tersebut terlihat dari menjamurnya produk-produk luar negeri seperti Jepang dan Korea Selatan.
“Ini karena mayoritas masyarakat bukan lulusan perguruan tinggi. Hanya 10 persen penduduk Indonesia yang mengenyam bangku kuliah,” kata Syarif.
Baca juga: KPAI Usulkan Literasi Digital Masuk ke Kurikulum Sekolah
Keadaan tersebut menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing.
“Perusahaan lebih membutuhkan tenaga kerja dibanding deretan gelar,” kata Syarif. (PERPUSNAS/WARA MERDEKAWATI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.