Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Api Tiba-tiba Erupsi, Ini Penjelasan Akademisi ITB

Kompas.com - 05/01/2020, 20:28 WIB
Albertus Adit,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Gunung Merapi di wilayah DIY dan Jawa Tengah kembali mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (4/1/2020) pukul 20.36 WIB.

Seperti diberitakan sebelumnya di Kompas.com, berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, awan panas guguran terjadi pada pukul 20.36 WIB.

Awan panas guguran ini menyebabkan hujan abu tipis di sekitar Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah.

Sampai saat ini BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.

Baca juga: Sabtu Malam, Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran

Status itu bertahan sejak terjadinya erupsi freatik pada bulan Mei 2018 yang lalu.

Sejak terjadi erupsi freatik, Gunung Merapi beberapa kali mengeluarkan awan panas, namun masih status waspada.

Penjelasan volkanolog ITB

Berbicara mengenai erupsi gunung api, berikut penjelasan volkanolog Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., dari prodi Teknik Geologi ITB, terkait tiba-tiba gunung api erupsi.

Dilansir dari laman resmi ITB, Dr Mirzam menjelaskan gunung api dapat meletus dipengaruhi oleh faktor utama yaitu kesetimbangan magma yang berada di dalam dapur magma.

Di dalamnya terdapat tiga proses yaitu:

  • Proses yang berada di bawah dapur magma (chamber), Proses di dalam,
  • Proses yang berada di atas dapur magma.

Maka ketika kesetimbangan tersebut terganggu gunung api akan meletus.

Menurutnya, proses yang terjadi di bawah dapur magma ia ibaratkan seperti sebuah botol air bervolume 600 ml, kemudian diinjeksikan dengan air baru 300 ml, maka kelebihan volume tersebut tidak dapat ditampung.

Begitupun gunung api akan erupsi dengan mengeluarkan kelebihan magma yang terkandung di dalamnya. Hal ini bersifat siklus, terdapat pola, dan dapat diprediksi.

Baca juga: Pasca Erupsi Gunung Merapi, Obyek Wisata di Sekitarnya Terpantau Aman

Namun, ada juga proses di dalam dapur magma yang tidak dapat diprediksi yakni ketika dinding dapur magma roboh yang bisa diakibatkan oleh ketidakstabilan dinding atau bisa disebabkan oleh gempa yang terjadi.

"Hal itu mengakibatkan penambahan volume secara signifikan pada dapur magma. Ini merupakan salah satu faktor gunung api dapat meletus tanpa sebab yang jelas sebelumnya," ujarnya.

Proses terakhir adalah yang terjadi di atas dapur magma, dan ini sangat kompleks.

  • Pertama, kerucut gunung api mengalami daya dukung yang kurang, ketika berinteraksi dengan air mengakibatkan berubahnya daya tahan sehingga akan terjadi erupsi saat kerucut tidak sanggup lagi menahan tekanan dari dalam.
  • Kedua, faktor lainnya diakibatkan oleh adanya faktor eksternal seperti badai yang dapat menekan kerucut dari atas hingga bisa terjadi erupsi. Sama halnya seperti bisul yang ditekan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com