Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2020, 11:13 WIB
Albertus Adit

Penulis


KOMPAS.com - Selama beberapa bulan ini, kasus infeksi virus corona menjadi sorotan dunia. Bahkan tercatat hingga kini sudah ada kasus kematian sebanyak 3.000 lebih di dunia. Namun, untuk pasien yang sembuh mencapai 40.000 lebih.

Hal ini menunjukkan bahwa COVID-19 atau virus corona bisa disembuhkan. Sehingga harapannya, masyarakat tidak perlu panik menghadapi situasi tersebut.

Melansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Sumardi, Sp.PD,KP., FINASIM., mengimbau masyarakat untuk tetap tenang.

Meski begitu, dr Sumardi mengajak agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Hal ini cukup efektif dilakukan pada masing-masing individu.

Baca juga: Terkait Virus Corona, UGM Tangguhkan Kegiatan Berskala Internasional

"Virus corona ini bisa menyerang siapa saja dan segala usia. Tetapi risikonya lebih besar pada orang dengan daya tahan tubuh lemah," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (24/1).

Lebih jauh, dr Sumardi menjelaskan, virus corona dapat menimbulkan efek serius pada orang dengan penyakit kornis, misalnya:

  • jantung
  • diabetes
  • liver
  • kanker dan lainnya.

Sebab, kelompok tersebut mempunyai imunitas rendah dan rentan terkena serangan virus. Jika orang dengan imun rendah diserang virus, maka dapat mengakibatkan infeksi saluran pernapasan bawah. Bahkan yang lebih serius menyebabkan kematian.

Gejala virus corona

Adapun virus corona yang menginfeksi pada manusia umumnya memunculkan gejala, seperti:

  • flu
  • batuk
  • demam
  • sakit kepala
  • gangguan pernapasan

Hanya saja, pada orang dengan daya tahan tubuh kuat, gejala ini biasanya akan hilang atau sembuh dalam waktu tidak lama.

"Gejalanya sama persis seperti orang flu, sehingga membuat bingung. Namun, saat di hari kedua masih demam dan tiba-tiba sesak nafas harus segera dibawa ke rumah sakit, apalagi yang habis pulang dari negara-negara yang terjangkir virus corona karena ada risiko terinfeksi," katanya.

Menurutnya, virus corona yang muncul di Wuhan, China, merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pernafasan, seperti SARS dan MERS.

Virus corona biasa dijumpai pada hewan, seperti musang, unta, dan kelelawar. Tidak hanya menginfeksi hewan, tetapi virus ini bisa menular dari hewan ke manusia serta dapat menular antar manusia.

Penyebaran virus ke manusia

Untuk penyebaran virus corona antar manusia terjadi melalui sejumlah cara. Antara lain:

  • lewat udara dengan batuk
  • kontak dengan berjabat tangan
  • menyentuh benda dengan virus di atasnya

"Sebenarnya virus corona ini baru muncul pada 2002 pada kasus SARS dan MERS pada 2012. Saat ini yang muncul bukan virus baru, tapi virus corona yang telah bermutasi dan karena mutasi jadi lebih berbahaya," jelas Kepala Divisi Pulmonologi dan Penyakit Kritis RSUP Dr. Sradjito tersebut.

Baca juga: Upaya Pencegahan Virus Corona, Akademisi UNS Kembangkan Jahe Merah

Sumardi mengatakan, tubuh dengan imunitas yang kuat bisa melawan virus ini. Namun pada orang dengan penyakit kronis, untuk pengobatannya harus dengan terapi suportif.

Bagi pasien jantung, maka harus dipasang alat pacu jantung agar jantungnya tidak berhenti. Sedangkan untuk pasien penyakit paru dengan dipasang ventilator untuk memberikan bantuan nafas.

Upaya pencegahan

  • Sering mencuci tangan dengan sabun.
  • Gunakan masker ketika flu, batuk, dan pilek.
  • Berhati-hatilah kontak dengan hewan. Segera mencuci tangan setelah bersentuhan dengan binatang jenis apapun.
  • Konsumsi gizi seimbang, dengan memperbanyak sayur dan buah.
  • Jangan mengonsumsi daging mentah atau tidak dimasak.
  • Rajin berolahraga dan istirahat yang cukup.
  • Jika menderita batuk, pilek, dan sesak nafas, segeralah menuju fasilitas kesehatan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com