Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemdikbud: Inilah Warga Pribumi Penemu Fosil di Sangiran

Kompas.com - 11/05/2020, 13:33 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Bagi masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan situs Sangiran. Apa itu situs Sangiran? Situs Sangiran adalah salah satu situs manusia purba yang ada di Indonesia.

Situs ini berada di dua wilayah kabupaten Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, dengan luas 59,21 kilometer persegi.

Kini, situs tersebut dikelola Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Baca juga: Disdik DKI Jakarta: Pembelajaran Daring Siswa Harus Seperti Ini

Bagi siswa yang saat ini mengikuti pembelajaran daring karena adanya virus corona, maka tak salah jika menambah pengetahuan tentang situs Sangiran.

Penemu sebenarnya

Melansir akun resmi Instagram Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Minggu (10/5/2020), berikut ini dijelaskan mengenai para penemu fosil manusia purba di Indonesia.

Siapakah itu? Ternyata, para pahlawan itu ialah warga pribumi yang jadi penemu yang sebenarnya.

Walau seringkali terlupakan di jurnal arkeologi, anggota tim penggalian asal Indonesia yang tak kenal lelah membantu para peneliti asing telah memainkan peran sangat penting.

Peran penting mereka ialah dalam menemukan fosil-fosil yang kemudian menjadi penemuan sangat penting buat ilmu biologi dan sejarah.

Hingga sebelum kemerdekaan Indonesia, para peneliti asing tidak dapat mengawasi penelitian yang dilakukan di Sangiran.

Mereka membutuhkan sosok-sosok pribumi yang menguasai lapangan, yang pada awalnya untuk menunjukkan lokasi-lokasi potensial temuan fosil.

Mereka adalah Andoyo (Perning), Atmowidjojo, dan Toto Marsono (Sangiran) yang bekerja keras membantu peneliti asing mengangkat tulang-tulang langsung dari lapisan tanah, yang mana kelak menjadi sumber pengetahuan mengenai manusia purba dan lingkungannya.

Raden Saleh

Selama menetap 22 tahun di Eropa, Raden Saleh, sang pelukis tersohor yang dijuluki "Sang Pelukis Raja", tidak hanya melukis, tetapi juga mempelajari berbagai bildang ilmu.

Antara lain matematika, ukur tanah, paleontologi, dan lain-lain. Sekembalinya ke Jawa, ide-ide ilmiahnya disalurkan melalui berbagai laporan ilmiah eksplorasi di Pulau Jawa.

Dia menemukan tulang tua dan menerapkan metode ilmiah untuk mengabadikannya, mencatat lokasi penggalian, deskripsi, hingga analisa temuan fosil.

Di mata peneliti asing seperti Eugene Dubois, LJC van Es, dan GHR von Koenigswald, andilnya dalam bidang paleontologi sudah diakui.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com