Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Yordania Lulusan S2 Mekatronika Indonesia Ciptakan Ventilator

Kompas.com - 08/06/2020, 06:10 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Masa pandemi Covid-19 di belahan dunia belum diketahui kapan berakhir. Bahkan jumlah pasien yang terjangkit virus corona di Indonesia setiap hari terus bertambah.

Tak heran jika keberadaan alat pacu jantung, paru serta ventilator menjadi sangat penting. Sayangnya, harga alat tersebut tergolong mahal karena kebanyakan masih impor.

Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia terus berusaha membuat alat tersebut yang lebih terjangkau namun dengan kualitas tak kalah dari produk impor.

Baca juga: Tim Dosen ITB Kembangkan Ventilator Portabel Teknologi Ambu-Bag

Prihatin dengan kondisi saat ini, mendorong salah satu lulusan Magister Teknik Mekatronika Indonesia, yakni Abdallah Waddah Al-Mutairi untuk berkarya.

Alat yang terjangkau

Apa karyanya itu? Ternyata dia berhasil merancang dan membangun respirator dengan kemampuan untuk mengontrol proses resusitasi jantung paru (CPR atau RJP).

Selain itu, alat ini mampu mendeteksi detak jantung secara akurat dan kekuatan tekanan tangan paramedis pada dada pasien, dan juga respon pasien terhadap ventilator.

Karena itulah ia berusaha membuat alat yang terjangkau dan proses pengerjaan cepat. Tentu untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, puskesmas dan klinik kesehatan di masa pandemi Covid-19.

Menurut Abdallah, proyek ini mengaplikasikan konsep rekayasa balik (reverse engineering) kepada rancangan dan konstruksi dari alat resusitasi jantung paru (CPR atau RJP) dan ventilator yang mudah dibawa ke mana saja.

"Harganya terjangkau karena biaya produksi juga tidak mahal," ujar Abdallah dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (7/6/2020).

Dikatakan, alat karyanya itu bersifat portabel atau mudah dibawa ke mana saja seperti di ambulan, pusat-pusat kesehatan, atau daerah yang sulit dijangkau.

Adapun parameter utama alat tersebut dapat disesuaikan langsung oleh operator atau jarak jauh oleh spesialis medis atau dokter karena menggunakan jaringan sensor tanpa kabel atau wireless. Jadi, tenaga medis dapat mengakses dan memperbaharui parameter sesuai kondisi pasien.

Menggunakan inovasi baru

Insinyur Abdallah Waddah Al-Mutairi bergelar sarjana di bidang teknik mekatronik di Universitas Philadelphia, Jordan dan bergelar Magister di bidang yang sama, yaitu teknik mekatronik di Indonesia.

Konsep yang dipadukan dengan keahlian desain teknik itu turut berkontribusi besar untuk mempercepat realisasi alat demi memenuhi tantangan saat wabah corona.

Karya Abdallah ini tak lepas dari bimbingan Prof Dr Kasim Musa Al-Aubidy selaku Dekan Penelitian Ilmiah dan Pendidikan Pascasarjana, Universitas Philadelphia, Jordan.

Dia mengembangkan inovasi CPR atau RJP yang dapat mendeteksi detak jantung secara akurat dan kekuatan tekanan tangan paramedis pada dada pasien, juga respon pasien terhadap ventilator.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com