BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Binus

Yuk, Intip Keahlian yang Bakal Banyak Dibutuhkan di Era Industri 4.0

Kompas.com - 27/11/2020, 07:14 WIB
Anissa DW,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan sistem robotik dan kecerdasan buatan tidak lagi terbatas pada riset atau aplikasi militer. Tanpa disadari, teknologi ini sebenarnya sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Misalnya, di kendaraan bermotor. Dari tahun ke tahun, teknologi yang digunakan semakin canggih dan pintar. Salah satunya, sistem pengereman cerdas untuk menghindari tabrakan.

Teknologi itu dapat memonitor keadaan di depan mobil untuk memeriksa keberadaan kendaraan lain dan pejalan kaki. Jika terdeteksi risiko tabrakan, sistem pengereman akan secara otomatis memperingatkan pengemudi dan secara bertahap melakukan pengereman.

Contoh lainnya adalah robot vacuum cleaner yang kini bisa dengan mudah didapatkan di pasaran. Seperti namanya, vacuum cleaner ini layaknya robot yang dapat beroperasi sendiri tanpa perlu dikontrol secara manual oleh manusia. Dengan setelan waktu tertentu, ia dapat secara otomatis membersihkan rumah tanpa harus diperintahkan.

Robot vacuum cleaner itu memiliki teknologi machine learning yang semakin cerdas ketika sering digunakan. Dengan teknologi itu, vacuum cleaner dapat mempelajari kontur dan setiap sudut rumah dari waktu ke waktu serta menyesuaikan teknik penyedotan debu sesuai dengan permukaan obyek yang dibersihkan.

Kedua teknologi itu merupakan contoh kecil dari pengaplikasian teknologi robotik dan otomasi di kehidupan sehari-hari manusia. Apalagi di tengah era industri 4.0 saat ini, penggunaan robot dan teknologi kecerdasan buatan akan semakin marak.

Selain di kehidupan sehari-hari, industri 4.0 juga berpengaruh pada sektor industri dan manufaktur. Dengan konsep automasi sebagai kuncinya, industri 4.0 mengoptimalkan dan menggabungkan teknologi komputerisasi industri 3.0 dengan teknologi internet.

Hasilnya, manusia, mesin, dan data dapat terkoneksi secara waktu nyata (real time) sehingga proses produksi menjadi lebih efisien dan cepat.

Salah satu teknologi yang menjadi penanda industri 4.0 adalah teknologi robotik. Head of Automotive and Robotics Engineering, Binus ASO School of Engineering Endra menjelaskan, teknologi robotik yang dimaksud tidak hanya berupa robot mekanik.

“Robot itu artinya mesin yang diciptakan untuk membantu atau meningkatkan kinerja manusia. Sebenarnya, robot ada di mana-mana, di kendaraan pun ada sistem robotik, seperti fitur-fitur sensor untuk keselamatan mengemudi,” ujar Endra kepada Kompas.com lewat sambungan telepon, Kamis (19/11/2020).

Kehadiran teknologi robotik di era industri 4.0 ternyata tidak hanya membawa perubahan positif, tapi juga memunculkan tantangan dan kebutuhan baru.

Dengan maraknya otomasi dan penggunaan robot, keberadaan beberapa jenis pekerjaan akan terancam. Pasalnya, robot dapat melakukan berbagai keterampilan dasar dengan kecepatan luar biasa. Alhasil, tenaga dan kemampuan orang-orang yang hanya mengandalkan keterampilan dasar itu tak dibutuhkan lagi di masa depan.

Kebutuhan akan tenaga ahli

Meski demikian, hal tersebut memunculkan kebutuhan baru terhadap orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan untuk mendesain dan mengembangkan sistem cerdas dalam teknologi robotik.

Sayangnya, tenaga ahli atau insinyur yang memiliki kemampuan di bidang tersebut masih sedikit jumlahnya di Indonesia. Menurut Persatuan Insinyur Indonesia (PII), jumlah insinyur di Indonesia belum sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia, sebagaimana diberitakan antaranews.com, Kamis (10/1/2019).

Saat ini, jumlah insinyur di Indonesia hanya sekitar 800.000 orang. Idealnya, per 1.000 penduduk terdapat 200 orang insinyur.

Tantangan dan kebutuhan tersebut mendorong Universitas Bina Nusantara (Binus) menghadirkan Binus ASO School of Engineering (BASE) sejak 2014. BASE merupakan program kerja sama antara Binus University dan ASO College Group, salah satu lembaga pendidikan terkemuka di Jepang yang memiliki sekolah teknik di bidang teknik otomotif dan teknologi.

Salah satu program atau jurusan yang ada di BASE adalah Automotive and Robotics Engineering (ARE). Melalui jurusan ini, mahasiswa akan mempelajari ilmu dan keahlian yang dibutuhkan untuk menganalisis, mendesain, dan membangun sistem robotika cerdas. Nantinya, keahlian itu dapat diaplikasikan di kendaraan, pabrik, gedung, dan rumah.

Ilustrasi automotive and robotics engineering Dok. SHUTTERSTOCK/ZAPP2PHOTO Ilustrasi automotive and robotics engineering

“Kemampuan tersebut mencakup keilmuan dan keahlian di bidang teknik mesin, elektronika, dan ilmu komputer. Artinya, ARE itu integrasi dari keilmuan di tiga bidang itu, tapi kami rangkai secara khusus untuk menjawab tantangan dan kebutuhan di era industri 4.0,” papar Endra.

Endra menjelaskan, Binus dan ASO College Group bekerja sama dan melakukan integrasi dalam merancang kurikulum yang diterapkan. Utamanya untuk mata kuliah dan pembelajaran yang berkaitan dengan teknik otomotif. Meski begitu, muatan kurikulum secara keseluruhan tetap disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

“Dengan ASO College, kami ada kerja sama yang berkaitan dengan ilmu otomotif, tepatnya engineering dan teknologinya. Jadi, kami desain bersama sehingga jadilah keunikan program di ARE ini,” imbuhnya.

Misalnya, dalam bidang otomotif, mahasiswa tidak hanya diajarkan teknik mesin yang sifatnya konvensional, tapi juga dari sisi kecerdasan buatannya.

Begitu pula dengan robotika. Pembelajarannya menitikberatkan pada pengembangan dan pengaplikasian data science, machine learning, dan berbagai teknologi terkait revolusi industri 4.0 lainnya.

“Kami tetap melihat secara konvensional robotik dan otomotif seperti apa. Tapi, kami juga mengembangkan untuk ke masa depan dengan menerapkan sistem artificial intelligence (AI) yang arahnya untuk pengembangan di bidang robotik dan otomotif,” kata Endra.

Karena kurikulum yang diterapkan tersebut, Endra menjelaskan, lebih dari 50 persen proses belajar bersifat praktik yang dilakukan lewat berbagai proyek yang akan menjadi salah satu aspek penilaian.

Inovasi pembelajaran online

Meski di tengah pandemi Covid-19, menurut Endra, proses belajar mengajar di BASE tidak terlalu terpengaruh. Pihak kampus tetap memfasilitasi mahasiswa dengan proses belajar yang optimal, walaupun dilakukan secara daring.

Untuk kegiatan praktikum di laboratorium, BASE menghadirkan inovasi berupa remote laboratorium yang bisa diakses mahasiswa dari rumah dengan memanfaatkan jaringan internet, berbagai aplikasi khusus sesuai laboratorium, dan kamera untuk terlibat dalam ekperimen secara langsung.

“Jadi, mahasiswa menjalankan program remote laboratorium dengan internet dan mereka bisa melihat apakah yang mereka program itu bisa berjalan dengan benar atau tidak. Baik yang sifatnya desain, analisis, simulasi, maupun yang menggunakan perangkat keras,” kata Endra.

Selain itu, BASE juga tetap menyelenggarakan program pengembangan diri melalui kegiatan akademik maupun non-akademik, termasuk interaksi dengan dosen di luar jam perkuliahan.

Endra tidak memungkiri, di masa perkuliahan online saat ini, mahasiswa pasti menemui kendala atau memiliki banyak hal yang ingin didiskusikan dengan dosen.

“Nah, di luar jam kuliah, kami sediakan waktu atau sesi untuk setiap mahasiswa berdiskusi dengan kami tentang apa yang perlu dikembangkan dan apa kesulitannya. Itu kami lakukan secara rutin,” ucapnya.

Diharapkan, proses perkuliahan tetap bisa berjalan dengan optimal sehingga program ARE bisa menghasilkan ahli-ahli di bidang robotik yang siap berkontribusi untuk masyarakat.


komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com