Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Itera Teliti Limbah Kulit Pisang Bisa Serap Gas Emisi Berbahaya

Kompas.com - 15/12/2021, 14:04 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Gas buang kendaraan saat ini masih menjadi salah satu polusi udara. Karena itu, butuh upaya agar gas buang tersebut tidak berbahaya lagi.

Terkait hal itu, Tim mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) melakukan penelitian dengan dua bahan. Yakni limbah kulit pisang dan limbah buah kakao.

Pada Hasanuddin Research Festival (Harfest), tim mahasiswa Itera ini berhasil meraih Juara 2 dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional tahun 2021 oleh Harfest.

Baca juga: Mahasiswa UNY Inovasi Infused Water dari Rempah, Buah dan Sayur

Harfest merupakan salah satu himpunan yang mengembangkan potensi di bidang riset dan merupakan pusat riset mahasiswa UIN Hasanuddin Banten, yang diadakan November lalu.

Dalam ajang tersebut, tim mahasiwa Itera mengusung karya tulis ilmiah bertajuk Adsorbent Gas Buangan CO, NO, NOX pada transportasi darat dengan kombinasi limbah kulit pisang (Musa acuminate L) dan limbah buah kakao (Theobroma cocoa L.) sebagai karbon aktif untuk mewujudkan SDGS 2045.

Adapun tim itu terdiri dari Abdul Khanafy dari Program Studi Teknik Pertambangan, Dina Fauzizah Rabathi Al Choil (Teknik Pertambangan) dan Elza Faradila (Matematika).

Dapat serap gas emisi berbahaya

Menurut Abdul, secara teknis kedua limbah tersebut diolah menjadi karbon aktif yang kemudian diaplikasikan dengan kendaraan transportasi darat.

Karbon aktif ini akan menyerap gas-gas emisi berbahaya pada kendaraan transportasi darat seperti buangan CO, NO dan NOx.

"Limbah kulit pisang dan buah kakao dapat diolah menjadi karbon aktif yang kemudian diaplikasikan dengan kendaraan transportasi darat," ujarnya dikutip dari laman Itera, Selasa (14/12/2021).

Dijelaskan, penelitian tersebut didasari melihat banyaknya limbah kulit pisang dan kulit buah kakao yang tidak termanafaatkan dengan baik.

Selain itu juga banyaknya emsis gas berbahaya dari kendaraan transportasi darat yang kian hari kian meningkat.

Abdul berharappenelitian yang mereka lakukan dalam tahap kajian tersebut dapat diteliti lebih lanjut.

Baca juga: Satu-satunya di Asia Tenggara, Itera Miliki Teleskop Robotik Pemantau Bulan

Tentu dikarenakan bahan bahan yang digunakan termasuk bahan yang sangat melimpah dan diharapkan dapat digunakan maupun diterapkan secara langsung.

"Ke depannya apabila keadaan telah membaik kami akan melakukan penelitian lebih lanjut, seperti menganalisa gas emisi yang berbahaya lainnya dari transportasi darat," terang Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com