KOMPAS.com - Kesempatan untuk kuliah di luar negeri kini terbuka lebar, termasuk bagi mahasiswa yang kini sedang menjalani kuliah. Akses pertukaran pelajar menjadi semakin luas, disediakan oleh kampus hingga program Kemendikbud Ristek.
Pengalaman menimba ilmu di kampus luar negeri tentu bisa menjadi nilai tambah saat mahasiswa masuk ke dunia kerja. Bila kamu ingin mencoba, mahasiswa Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair) Akuakultur 2019, Clavinova Damayanti Agita berbagi kiatnya.
Clavinova atau yang akrab disapa Clavi menerima beasiswa European Region Action Scheme for the Mobility of University Student atau yang kerap dikenal Erasmus+ di Turki.
Baca juga: Serunya Melanjutkan S2 di Turki, Kuliah Gratis hingga Wisata Budaya
Program pertukaran mahasiswa tersebut berlangsung selama satu semester dari Februari hingga Juni 2022 mendatang.
"Erasmus ini Beasiswa Eropa, kalau Indonesia punya LPDP/IISMA, Eropa punya Erasmus dan European Solidarity Corps," jelas Clavi seperti dilansir dari laman Unair.
Ini bukan pengalaman pertama Clavi belajar ke luar negeri. Ia kerap terlibat dalam kegiatan skala internasional, seperti halnya Model United Nations, English Debate dan masih banyak lainnya.
Tak hanya itu, gadis ini juga aktif menyuarakan suara perempuan-perempuan hebat di seluruh dunia, hingga mengantarnya menjadi Youth Representative and Advocate in Education Access and Opportunity for Women and Girls dalam United Nations Women.
Dalam proses beasiswa Erasmus, ia menjelaskan seleksi berkasnya terdiri dari CV, sertifikat kemampuan bahasa (IELTS/TOEFL/CEFR), transkrip nilai, paspor dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Selanjutnya, tahap wawancara full bahasa inggris dengan dekan.
Baca juga: Beasiswa Kursus Bahasa Mandarin 2022, Tunjangan Rp 12,8 Juta Per Bulan
“Pada wawancara tersebut sebenarnya Dekan FPK UNAIR hanya ingin mengetahui seberapa siap kita dan seberapa layak kita untuk dipilih,” papar Clavi Mahasiswa Berprestasi FPK 2021 itu.
Setelah itu pengumuman, sambungnya, dan semua berkas dikirimkan ke International Office yang akan meneruskannya ke pihak Erasmus+ di Turki.
Clavi pun berhasil menempuh kuliah di Çukurova Üniversitesi, Adana, Turki.
Menurutnya, sistem program ini tidak begitu menuntut dirinya fokus pada kuliah saja. Melainkan eksplorasi kebudayaan dan berbagi perspektif bersama mahasiswa Uni Eropa, contoh kegiatan mendatangnya yakni Spring Festival, Food Festival, International Day, dan kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya.
"Untuk sekarang kegiatan perkuliahan belum berlangsung, tetapi masih kegiatan orientasi dan makan-makan bersama," ujar Clavi.
Keberhasilan mendarat dan tinggal di negara asal kebab yang terkenal seantero dunia ini menjadi sebuah anugerah yang luar biasa. Ia menceritakan banyak Pelajaran hidup yang didapat.
Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini
"I can overcome challenges of living in another country and gain a greater understanding of the world. Dengan berbagai konseptual yang berbeda membuat saya ingin belajar lebih dan lebih," tandasnya
Mahasiswa yang juga pernah Pre-College di Australia itu menegaskan bahwa belajar di luar negeri tidak harus dari keluarga berada atau bahkan harus pintar sekali.
Melalui program yang fully funded, mahasiswa justru mendapat uang saku dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
“Jadi jangan sia-siakan kesempatan, selagi ada penawaran dan kita mampu, yah coba aja. Entah lolos atau tidak itu urusan belakang, yang terpenting sudah berusaha. The courage itu sangat penting," tutur Clavi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.