KOMPAS.com - Setelah penurunan kasus Covid-19, prospek industri kuliner dinilai makin melaju kencang.
Prof. Hardinsyah, Guru Besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) University berbagi pengetahuannya terkait prospek industri kuliner pasca pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, menjelang tahun 2022, pertumbuhan sektor pangan dan pertanian cukup menggembirakan. Perkiraan berikutnya pada tahun ini dan yang akan datang, peningkatannya dapat mencapai sekitar lima persen.
Berdasarkan Laporan dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), pertumbuhan industri pangan Indonesia dapat mencapai 5-7 persen.
Baca juga: Mahasiswa Butuh Modal Usaha? Ini Syarat Dapat Dana hingga Rp 20 Juta
Bahkan, pada kuartal kedua tahun 2022, peningkatannya sudah mencapai 5 persen.
“Saya juga yakin setelah melihat kondisi pasca lebaran, sektor pangan dan kuliner semakin membaik. Pasca tahun 2022, saya juga yakin pertumbuhan industri pangan bisa mencapai 10 persen menjelang tahun 2030,” katanya, dilansir dari laman IPB University.
Namun demikian, sektor industri kuliner juga memiliki tantangan tersendiri. Prof Hardinsyah menyebut, suplai bahan baku dari industri pangan merupakan kunci dari perkembangan industri kuliner.
Tidak hanya itu, kemajuan industri kuliner, terutama pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memerlukan dukungan dari industri pangan karena hubungan erat ini.
“Industri pangan besar dapat mendukung dan mendapatkan inovasi kuliner tradisional dari UMKM dan sebaliknya, dapat memberikan akses mudah terhadap bahan baku industri. Sistem logistik harus semakin baik, kolaborasi antara industri pangan dan usaha-usaha kuliner kecil juga penting,” terangnya.
Di samping memanfaatkan platform digital, penting juga untuk mengombinasikan berbagai budaya.
Baca juga: Guru Besar IPB: Manfaat Spirulina dari Anti-jerawat hingga Anti-kanker
Hal ini penting karena sebagian besar konsumen pangan pengguna platform digital adalah generasi Z.
Generasi Z merupakan salah satu faktor pengembangan kuliner hibrid, dengan menggabungkan kuliner mancanegara dan lokal.
Secara sosial dan budaya, lanjut Prof Hardinsyah, perbanyakan fasilitas sosial oleh perusahaan waralaba dan sejenisnya dengan memberikan tempat usaha bagi UMKM juga akan saling menguntungkan.
Fasilitas ini dapat memberikan keuntungan dan kemudahan baik bagi pelaku bisnis dan konsumen.
Upaya gotong royong ini merupakan win-win solution dicerminkan dari industri besar dan industri kuliner.
Baca juga: Dosen IPB Ungkap 4 Ancaman Upaya Pelestarian Serangga
Tantangan besar lainnya adalah terkait penggunaan kemasan plastik. Kebijakan pengurangan pemakaian kemasan plastik oleh pemerintah menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis kuliner.
“Pelaku bisnis kuliner juga harus melek dengan tren label makanan dan pangan berbasis tumbuhan yang kian meningkat. Semakin sadar dengan tren ini, industri pangan akan memiliki prospek bisnis yang baik,” pungkas Prof Hardinsyah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.