Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Maizidah Salas, Dirikan PAUD Inklusi bagi Anak TKI di Wonosobo

Kompas.com - 14/07/2022, 15:46 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi sesuatu yang penting karena menjadi modal dasar semua anak-anak.

Banyak manfaat jika anak usia dini telah mengenyam pendidikan PAUD sebelum masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Selain didirikan pemerintah, PAUD juga bisa dibentuk secara mandiri. Maizidah Salas menjadi salah satu orang yang tergerak untuk mewujudkan pendidikan usia dini bagi semua anak.

Baca juga: Daftar Jurusan Vokasi UB, Calon Mahasiswa Pilih Mana?

PAUD inklusi bagi anak TKI

Termasuk bagi anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang merupakan hasil hubungan dengan kekasih atau karena menjadi korban kekerasan seksual.

"Saya membangun PAUD inklusi untuk anak TKI ini karena sedih banyak anak yang tidak dikehendaki lahir oleh ibunya dan mencoba aborsi namun gagal dan ketika lahir justru cacat," urai Maizidah Salas seperti dikutip dari laman Paudpedia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kamis (14/7/2022).

Maizidah Salas menjadi seorang aktivis yang mendirikan PAUD inklusi bagi anak TKI di kampung halamannya di Tracap, Wonosobo, Jawa Tengah. Pasalnya ada beberapa anak TKI di kampungnya tidak bisa memperoleh layanan pendidikan.

Baca juga: Ada Residu Pestisida di Mi Instan? Begini Penjelasan Ahli Gizi Unair

Dia mengaku, tergerak membangun PAUD karena melihat sahabatnya pulang ke kampung halaman dengan kondisi hamil. Semenjak itu Maizidah Salas bertekad harus melakukan sesuatu guna menyelamatkan nasib anak-anak TKI tersebut.

"Ada dua anak ABK. Satu anak autisme dan satu tuna daksa. Dengan segela keterbatasan yang ada kita mencoba memenuhi kebutuhan mereka. Belum ada bantuan dari pemerintah daerah atau pusat sejauh ini. Yang menarik PAUD kami ini dikelola oleh anak-anak TKI yang telah lulus Sarjana Pendidikan PAUD. Dengan sumber daya yang ada kami menjalankan PAUD Inklusi di kampong buruh migran ini," ujar Salas.

Baca juga: Hari Terakhir Pendaftaran Jalur Mandiri UNS 2022, Simak Ketentuannya

Salas tergerak untuk mendirikan lembaga PAUD yang diberi nama ORI School pada 10 Februari 2011 silam.

Jumlah anak TKI terus berkurang

Hingga saat ini ia fokus untuk mengelola PAUD yang ia dirikan. Di awal PAUD ORI didirikan, peserta didiknya sudah berjumlah puluhan dengan melibatkan tiga pengajar. Seluruh muridnya anak-anak TKI. Salas bahkan tidak memungut biaya sepeser pun dari anak didiknya.

"Kegiatan kami masih terbatas karena biaya operasional Rp 900.000 per bulan ditanggung teman-teman mantan TKI dan dibantu donatur dari Surabaya," katanya.

Kepada Kompas.com, Salas mengaku keberadaan PAUD ORI ini awalnya memag diperuntukkan bagi anak Pekerja Migran Indonesia (PMI). Namun seiring berjalannya waktu, anak pekerja migran di Tracap, Wonosobo sudah jauh berkurang.

"Kalau dulu memang 100 persen khusus anak PMI. Tapi sekarang angka PMI di desa kami sudah menurun drastis. Jadi berdampak jumlah anak didik di PAUD ORI school. Total peserta didik saat ini ada 26 dan tinggal 4 anak PMI," tuturnya.

Baca juga: Australia Buka Beasiswa G20 untuk Gelar Master, Intip Syaratnya

Salas, yang sekaligus menjadi Kepala Sekolah di PAUD ORI ingin meletakkan dasar karakter baik bagi anak-anak TKI di Wonosobo. Tujuan Saras yakni tidak ingin anak-anak di Wonosobo mengikuti jejak orangtua mereka menjadi seorang TKI.

Terima penghargaan

Perempuan kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 10 Februari 1976 ini, tak hanya aktif dalam pembelaan hak dan kepentingan buruh migran, tetapi ia juga bergiat dalam Pendidikan Anak Usia Dini.

Berkat perjuangannya mendirikan PAUD bagi anak TKI, ia mendapat kesempatan terbang ke negeri Paman Sam dan bertemu dengan ibu negara Amerika Serikat, Ivanka Thrump serta Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompoe.

Hal ini bisa terjadi berkat prestasinya mengadvokasi dan memberdayakan buruh migran. Termasuk mendirikan PAUD di Kampung Buruh Migran desanya.

Baca juga: UGM Lantik 332 Insinyur Baru, Ada yang Raih IPK 4,00

Selain mendapat penghargaan di luar negeri, kiprah Maizidah Salas juga diakui di Indonesia. Dia menjadi salah satu dari 164 orang penerima penghargaan Anugerah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tingkat nasional tahun 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau