Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unair: Korban Tragedi Kanjuruhan Alami PTSD, Apa Itu?

Kompas.com - 15/10/2022, 12:14 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah 14 hari pasca tragedi Kanjuruhan memberi trauma bagi korban yang masih hidup saat laga sepak bola Arema FC ves Persebaya, termasuk keluarga dari korban yang ditinggalkan.

Mereka rata-rata mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD). Apa itu PTSD?

Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana mengatakan, PTSD merupakan gangguan stress pasca trauma akan situasi yang menegangkan, menakutkan, dan adanya ancaman.

Baca juga: UMM Buka Layanan Psikososial Korban Tragedi Kanjuruhan

PTSD dapat terjadi jika korban mengalami gejala yang menetap dan semakin parah pasca peristiwa itu terjadi.

Dia mengatakan bahwa tidak semua orang korban berada di lokasi kejadian mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD).

Meskipun korban melihat kejadian tersebut secara langsung hingga kehilangan orang terdekatnya.

"Pada fase 1 bulan memasuki fase gangguan stress akut, kemudian fase 2-3 bulan memasuki gangguan penyesuaian, dan memasuki fase 6 bulan jika gejala yang dialami semakin parah baru dilakukan asesmen untuk dapat dikatakan Post Trauma Stress Disorder (PTSD)," ucap Atika dilansir dari laman Unair.

Hal yang dirasakan oleh orang yang mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD).

Mereka menilai kapasitas dirinya tidak sepadan dengan situasi yang dihadapi dan cenderung merasa tidak mampu menangani tekanan yang dialami. 

Baca juga: Baznas Beri Beasiswa Anak Korban Tragedi Kanjuruhan hingga Kuliah

Bahkan, kondisi seseorang yang mengalami PTSD juga akan mudah terganggu dengan hal-hal kecil yang tidak berkaitan dengan peristiwa traumatis yang pernah ia alami.

"Contohnya, korban yang berada di Stadion Kanjuruhan melihat rerumputan hijau dan apabila korban tersebut mengalami PTSD bertemu rerumputan hijau di taman akan menimbulkan trigger," imbuh dia.

Hingga saat ini, sudah ada 132 korban tewas dalam kejadian tragedi Kanjuruhan.

Sementara mereka yang selamat, ada yang memiliki luka di mata seperti warna merah darah, sesak, dan ada yang masih dirawat.

Untuk itulah, baik korban ataupun keluarga korban cenderung mengalami perubahan emosi.

Perubahan orang yang mengalami PTSD cenderung murung,menarik diri dari lingkungan sekitar, dan numbness atau mati rasa.

Jika hal tersebut dialami, maka orang tersebut membutuhkan psikofarmakologi atau penanganan secara medis.

Peran orang sekitar, lanjutnya, sangat diperlukan untuk mencegah PTSD semakin parah dengan mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan disarankan untuk berolahraga.

"Survivor yang ingin cepat pulih dapat melakukan coping mechanism dan jangan merasa sendiri. it’s okay to asking help," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com