Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aduh, Pengetahuan Astronomi Pelajar Minim

Kompas.com - 26/07/2009, 17:43 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pengetahuan astronomi pelajar masih minim. Hal ini salah satunya disebabkan belum memadainya pelajaran tata surya dalam kurikulum sekolah.

Pelajar kelas X di SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta Maria Azalea Anggraeni (15) mengatakan, kuriku lum di tingkat SMP hanya menyediakan materi tentang tata surya dalam satu bab. Materi yang termuat dalam mata pelajaran Fisika Kelas IX itu lebih banyak berupa hafalan sehingga kurang menarik bagi pelajar.

Menurut Maria, materi tata surya itu pun hanya dibahas secara sekilas mengingat waktu yang telah demikian mepet dengan pelaksanaan ujian nasional (UN). Waktu itu kami lebih konsentrasi pada materi yang diperkirakan akan banyak keluar di ujian nasional, tuturnya dalam Yogyakarta, bedah buku Menjelajahi Tata Surya dan Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta di SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta, Sabtu (25/7).

Minimnya pengetahuan para pelajar juga terlihat dalam acara yang diselenggarakan Panitia Reuni Akbar Padmanaba SMAN 3 Yogyakarta Alumni 1979, Penerbit Kanisius, dan Jogja Astro Club itu. Dalam acara yang diikuti 100 pelajar SMA tersebut, p ara peserta mengaku tak banyak mengetahui penelitian terbaru maupun pengetahuan umum tentang astronomi.   

Baru dari acara ini tadi s aya tahu bahwa tabrakan meteor dengan Bumi mungkin penyebab punahnya dinosaurus, ujar Henny Sukmawati Dwi (15), lulusan SMP di Lamongan, Jawa Timur, yang baru saja diterima di SMAN 3 Kota Yogyakarta.

Minimnya pengetahuan juga membuat pelajar tidak banyak mengetahui kaitan astronomi dan pengaruhnya bagi kehidupan di bumi. Akibatnya, mereka tidak tertarik mempelajari bidang ilmu itu lebih jauh. Para pelajar lebih berminat pada bidang ekonomi maupun teknologi informatika yang dianggap lebih berperan bagi masyarakat.

Koordinator Jogja Astro Club Mutoha Arkanuddin sebagai salah satu pembicara dalam acara mengatakan, sumber pengetahuan astronomi umum di Indonesia pun masih sangat minim. Sangat sulit ditemui buku-buku astronomi berbahasa Indonesia di pasaran. "Sebagian besar buku astronomi berbahasa Inggris dan harganya relatif mahal. Ini agak menyulitkan karena banyak istilah Astronomi dalam Bahasa Inggris berbeda dengan Bahasa Indonesia," tuturnya.

Sejauh ini, ujar Mutoha, minat masyarakat Indonesia terhadap ilmu astronomi pun masih sangat minim. Hal ini terlihat dari sarjana astronomi yang masih sangat sedikit jumlahnya.

Padahal, menurut Penulis Buku Menjelajahi Tata Surya dan Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta yang juga Koordinator Progam Eksplorasi Antariksa di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) A Gunawan Admiranto, ilmu astronomi sangat penting dipelajari karena berperan besar bagi masyarakat .

Kondisi tata surya bisa berdampak pada cuaca, iklim, maupun keadaan alam yang menentukan kehidupan di bumi. Oleh sebab itu, pengamatan posisi benda langit juga bisa digunakan mengantisipasi bencana di masa depan, salah satunya tabrakan meteor dengan bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Cara Daftar Ulang Seleksi Mandiri ITB 2025, Cek Biaya UKT dan IPI
Cara Daftar Ulang Seleksi Mandiri ITB 2025, Cek Biaya UKT dan IPI
Edu
Hanya 2 UIN Masuk Daftar Kampus Terbaik Dunia 2025
Hanya 2 UIN Masuk Daftar Kampus Terbaik Dunia 2025
Edu
Sekolah Islam Al Azhar Jakapermai Gandeng Cambridge Perkuat Standar Pendidikan Global
Sekolah Islam Al Azhar Jakapermai Gandeng Cambridge Perkuat Standar Pendidikan Global
Edu
Profil Peneliti UGM yang Temukan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Profil Peneliti UGM yang Temukan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Edu
DIskusi Ilmiah FSI: Kawal Kedaulatan di Laut China Selatan, Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas dan Diplomasi
DIskusi Ilmiah FSI: Kawal Kedaulatan di Laut China Selatan, Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas dan Diplomasi
Edu
Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
Edu
Soal Sumpah Jabatan Rektor UPI Pakai Bahasa Inggris, Kemendikti Buka Suara
Soal Sumpah Jabatan Rektor UPI Pakai Bahasa Inggris, Kemendikti Buka Suara
Edu
Seleksi Calon Guru Sekolah Rakyat Diumumkan, Klik https://kemensos.go.id/
Seleksi Calon Guru Sekolah Rakyat Diumumkan, Klik https://kemensos.go.id/
Edu
Kemenbud Dorong Budaya Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Diplomasi Indonesia-Polandia
Kemenbud Dorong Budaya Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Diplomasi Indonesia-Polandia
Edu
Buka Peluang Pelajar dan Dosen Kuliah ke Eropa, Pemerintah Gandeng Uni Eropa
Buka Peluang Pelajar dan Dosen Kuliah ke Eropa, Pemerintah Gandeng Uni Eropa
Edu
5 Sekolah Kedinasan Tanpa Syarat Tinggi Badan dan Bisa Mata Minus, Ada STAN dan STIN
5 Sekolah Kedinasan Tanpa Syarat Tinggi Badan dan Bisa Mata Minus, Ada STAN dan STIN
Edu
Besok Pengumuman SPMB Jateng 2025, Ini Cara Cek dan Jadwal Daftar Ulang
Besok Pengumuman SPMB Jateng 2025, Ini Cara Cek dan Jadwal Daftar Ulang
Edu
SPMB Jakarta 2025, Pendaftaran Sempat Terkendala karena KJP Tak Aktif
SPMB Jakarta 2025, Pendaftaran Sempat Terkendala karena KJP Tak Aktif
Edu
15 Kampus Terbaik Asia Tenggara 2026, Ada 4 PTN Indonesia
15 Kampus Terbaik Asia Tenggara 2026, Ada 4 PTN Indonesia
Edu
Orangtua Masih Keluhkan Pelaksanaan Sistem Online SPMB DKI Jakarta 2025
Orangtua Masih Keluhkan Pelaksanaan Sistem Online SPMB DKI Jakarta 2025
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau