Oleh: Ismarita Ramayanti M.Hum
KOMPAS.com — “Siapa pun bisa menerjemahkan,” kata seorang teman. Namun, ketika saya minta ia mencoba menerjemahkan sebuah lagu berbahasa Inggris, hasilnya sungguh membuat kami berdua tertawa terpingkal-pingkal. Duh!
Bayangkan saja, ia menerjemahkan dengan mengambil makna yang tidak dipahaminya sendiri. Dia menerjemahkan dari satu kamus Bahasa Inggris-Indonesia dan menyalinnya untuk dimasukkan dalam teks terjemahannya.
Lho, jadi, apa yang salah? Kenapa hasilnya bisa kacau begitu? Tentu saja karena penerjemah yang baik tidak akan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh teman saya itu.
Ya, semua orang memang bisa menerjemahkan, apalagi dengan dibantu kamus. Namun, kualitas terjemahan yang baik hanya dapat dihasilkan oleh seorang penerjemah yang mematuhi berbagai proses, metode, prosedur, dan teknik penerjemahan yang tepat.
Memang, berbagai kamus tentu dapat membantu. Sebutlah, misalnya, kamus bahasa asing-bahasa sasaran (dwibahasa), kamus bahasa Inggris-Inggris, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.
Namun harus diingat, kamus-kamus tersebut hanya digunakan sebagai referensi untuk mendapatkan makna umum. Ketika makna tersebut akan dimasukkan di dalam teks terjemahan, penerjemah harus menyesuaikannya dengan konteks dan budaya bahasa sasaran.
Selain itu, perlu juga disadari bahwa tidak ada penerjemahan yang sempurna. Selalu diperlukan check and recheck untuk membuat suatu terjemahan berterima di bahasa sasaran.
Empat perbedaan
Lalu, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan penerjemahan yang baik itu?