Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Green School, Apa itu?

Kompas.com - 04/10/2009, 19:23 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meninjau lokasi sekolah berwawasan lingkungan atau green school di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Minggu (4/10).

Siaran pers Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali menyebutkan, gubernur melakukan kunjungan tersebut untuk melihat langsung penerapan konsep ramah lingkungan di sekolah yang diresmikan oleh Pastika pada Mei 2009.

Sekolah itu didirikan John Hardy, pengusaha perak asal Kanada, yang juga pendiri Yayasan Kulkul. Hardy bersama stafnya menyambut gubernur dan memberikan beberapa penjelasan.

John Hardy menjelaskan, ide dasar pembangunan sekolah di atas areal seluas delapan hektare itu untuk menerapkan ajaran Trihita Karana atau tiga keseimbangan yang diyakini masyarakat Hindu di Bali. Tiga keseimbangan itu adalah hubungan manusia dengan Tuhan, dengan makhluk lain dan dengan alam.

"Oleh karena itu, tidak ada bahan buatan pabrik atau zat kimia yang dipergunakan di sekolah ini. Merokok pun tidak diperkenankan," katanya.

Bahan-bahan bangunan untuk sekolah itu dipilih hampir seluruhnya dari bambu. Meja, kursi, rak dan lemari tempat menyimpan buku yang digunakan sehari-hari oleh anak didik semuanya terbuat dari bambu. Untuk atap bangunan dibuat dari ilalang.

Jalan setapak yang menghubungkan bangunan satu dengan lainnya juga dibiarkan tidak diaspal. Batu kali dan cadas dibiarkan apa adanya.

Demikian juga ruang kelas, didesain sedemikian rupa sehingga anak didik menikmati pelajaran seperti belajar di alam terbuka. Tidak ada sekat atau dinding beton seperti kebanyakan sekolah saat ini, sehingga udara segar bebas mengalir.

Halaman sekolah sangat luas, juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam secara organik. Tidak ada traktor dan mereka tidak menggunakan pupuk kimia, apalagi pestisida. Pengolahan lahan di sekitar sekolah itu dikerjakan dengan bajak tangan, sama seperti petani Bali tempo dulu.

Tanaman yang dibudidayakan juga dipilih jenis asli atau lokal seperti singkong, ketela rambat, pisang, talas, kelapa, padi, dan sebagainya. Hasil bercocok tanam itu dipanen untuk dinikmati bersama oleh murid, guru dan pengelola sekolah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com