Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Ubah Metode Mengajar

Kompas.com - 30/10/2009, 05:43 WIB
 
 

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh untuk mengubah metodologi belajar-mengajar. Pola yang sekarang tidak mendorong siswa kreatif dan inovatif sehingga sulit memunculkan jiwa kewirausahaan anak didik.

Metode belajar-mengajar anak didik yang dilakukan sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah dinilai hanya menunjukkan gurunya yang aktif, sedangkan anak didik justru tidak aktif. Proses belajar seperti itulah yang dinilai tidak dapat mengembangkan inovasi dan kreativitas serta kewirausahaan.

Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono saat membuka Temu Nasional 2009 di Jakarta, Kamis (29/10). Dalam acara itu, hadir Wakil Presiden Boediono, para menteri kabinet, gubernur, bupati, wali kota, unsur pimpinan badan usaha milik negara (BUMN), dan sejumlah pejabat lain.

”Saya minta Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya gurunya yang aktif, tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif,” kata Presiden.

Menurut Presiden, pendidikan jangan hanya mengejar nilai rapor dan ujian. ”Kalau itu yang dipilih, anak-anak bersekolah tetapi tidak berkembang kreativitas, inovasi, dan jiwa wirausahanya,” lanjut Presiden.

Kewirausahaan

Menurut Presiden, jiwa kewirausahaan sangat penting dan harus dipupuk sejak kecil. Dengan demikian, setelah selesai menjalani pendidikan mereka tidak sekadar menjadi pencari kerja, tetapi menjadi pencipta lapangan kerja.

”Oleh karena itu, perlu reformasi di bidang pendidikan nasional. Guru dan dosen harus diajak untuk bisa mengembangkan jiwa kewirausahaan, inovasi, dan kreativitas,” ujarnya.

Sebelumnya Presiden Yudhoyono menyatakan telah menerima surat dari Presiden Komisaris Kompas Gramedia Jakob Oetama dan pengusaha Ciputra agar pemerintah mendorong tumbuh dan berkembangnya jiwa kewirausahaan di Indonesia.

Dikatakan Presiden, jumlah wirausahawan Indonesia sangat sedikit jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, atau Singapura. Padahal dengan berkembangnya jiwa kewirausahaan, tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat diturunkan.

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, yang dimintai tanggapannya oleh pers, menyatakan akan segera mereformasi sistem pendidikan, khususnya metode belajar-mengajar. Meski demikian, akan dikaji dulu metode belajar-mengajar yang diterapkan saat ini.

Pada tahap awal, lanjut Mohammad Nuh, pembenahan akan dilakukan pada infrastruktur pendidikan. ”Jangan ada lagi sekolah yang bocor, apalagi ambruk,” kata Nuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau