Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2,2 Juta Anak Tak Sekolah

Kompas.com - 11/12/2009, 06:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 2,2 juta anak usia wajib belajar, yakni usia 7-15 tahun, belum dapat menikmati pendidikan dasar sembilan tahun. Berbagai faktor yang menyebabkan mereka tak bisa sekolah, antara lain, ialah sulitnya akses ke sekolah, kurangnya kesadaran orangtua, dan faktor ekonomi.

Berdasarkan data Depdiknas, pada tahun ajaran lalu anak usia 7-12 tahun berjumlah 26,3 juta jiwa, tetapi yang bersekolah hanya 26 juta orang sehingga ada sekitar 288.478 orang yang tak bersekolah. Anak berusia 13-15 tahun berjumlah 12,89 juta jiwa, tetapi yang bersekolah hanya sekitar 11 juta orang sehingga yang tak bersekolah 1,87 juta orang.

Adapun anak usia 16-18 tahun berjumlah 12,89 juta jiwa, tetapi yang bersekolah hanya 7,3 juta orang sehingga ada sekitar 5,5 juta orang yang tak bersekolah. Beranjak ke usia yang lebih tinggi, ada sekitar 25 juta orang berusia 19-24 tahun yang merupakan usia kuliah, tetapi yang kuliah hanya 4,3 juta orang sehingga ada sekitar 20,7 juta orang yang tak mengenyam bangku kuliah.

”Mestinya pemerintah serius terhadap persoalan ini, terutama menyangkut anak-anak yang tak mengenyam pendidikan dasar,” kata S Hamid Hasan, pengamat pendidikan, di Jakarta, Kamis (10/12).

Sarana minim

Di daerah pedalaman, penyebab tingginya anak yang tak mengenyam pendidikan banyak faktor, antara lain, keterbatasan fasilitas, kesulitan ekonomi keluarga, dan faktor ekonomi keluarga.

”Selain jumlah anak yang tak bersekolah tinggi, angka putus sekolah juga tinggi. Bisa mencapai 50 persen,” kata Sudiyanto, Kepala SDN Kartamulia 1, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.

Kendala sarana dan prasarana pendidikan di sejumlah daerah, seperti di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, membuat banyak anak berkebutuhan khusus dalam usia belajar sulit mengenyam pendidikan formal. Sekolah luar biasa yang hanya satu, lokasinya di ibu kota kabupaten, sehingga sulit diakses.

Selamatkan remaja

Keprihatinan terhadap remaja Indonesia yang putus sekolah mendorong Sampoerna Foundation bersama 34 partnernya menggelar kampanye Save a Teen atau Selamatkan Remaja. Kampanye tersebut bertujuan membangkitkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dengan menyalurkan donasi yang digalang di mal-mal, tempat hiburan, restoran, bank, hingga hotel di Jakarta dan Bandung.

”Kami berharap kampanye ini dapat mengumpulkan donasi sekitar Rp 10 miliar. Dana tersebut ditargetkan bisa membiayai lebih dari 12.000 siswa SMP dan SMA di seluruh Indonesia,” kata Vira Soekardirman, Sales Director Putera Sampoerna Foundation.

Beasiswa pendidikan untuk remaja yang berpotensi, tetapi terkendala ekonomi itu diberikan selama tiga tahun. Untuk siswa SMP, besarnya Rp 100.000 per bulan, sedangkan siswa SMA Rp 200.000 per bulan. (ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com